16. Calon Istri

1.1K 157 8
                                    

Raynia benar-benar lelap dalam gendongan Rakha hingga tiba di mobil. Rezki sudah membukakan pintu. Rakha perlahan merebahkan Raynia di kursi belakang.

"Kak, Bu, maaf, Rezki nggak bisa ikut ke RS ya. Ada kelas pagi."

"Iya, nggak apa-apa, Rez. Kamu konsen kuliah aja." Rakha menepuk pundak Rezki.

Rezki mengangguk lalu berpamitan pada Ibu dan Rakha. Mereka berpencar menuju tujuan masing-masing. Rezki meluncur dengan motornya ke kampus. Sedangkan Rakha buru-buru menuju rumah sakit bersama Ibu dan Raynia.

Sesampai di rumah sakit, Raynia yang masih setengah sadar segera mendapat perawatan. Rakha dan Ibu menjelaskan kronologi demam dan lemas yang dialami Raynia pada dokter.

"Sepertinya Mbak Raynia ini mengalami trauma sekunder," ucap dokter setelah mendengar cerita Rakha dan Ibu.

"Trauma sekunder? Maksudnya gimana, dok?" tanya Rakha khawatir.

Dokter tersenyum lalu menjawab.

"Betul. Trauma sekunder bisa dirasakan oleh mereka yang tidak mengalami kejadian mengerikan atau kecelakaan secara langsung, tapi hanya menyaksikannya saja. Sehingga menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan. Dan pada kondisi orang tertentu bisa berpengaruh juga pada fisiknya. Seperti Mbak Raynia ini, tubuhnya bereaksi dengan demam, lemas dan seperti orang linglung sesuai cerita Ibu dan Masnya."

Rakha dan Ibu saling pandang.

"Jadi, anak saya gimana, dok? Apa bisa sembuh?" Ibu semakin cemas.

Rakha menggenggam tangan mantan ibu mertuanya untuk memenangkan. Dokter kembali tersenyum dan menjawab dengan santai.

"Bisa, Bu. Sangat bisa. Pastikan untuk selalu temani Mbak Raynia, sebisa mungkin jangan sering ditinggal sendirian. Biar nggak banyak ngelamun. Terus, bisa ajak juga ke tempat-tempat yang dia sukai, atau ajak makan makanan yang dia sukai, pokoknya buat dia selalu tersenyum. Pelan-pelan ingatannya tentang kejadian kecelakaan akan terganti dengan kenangan indah dan bahagia."

Jawaban dokter justru membuat Rakha semakin bersemangat. Rakha berjanji dalam hati akan selalu membuat Raynia bahagia.

*****

Raynia mengerjapkan matanya yang terasa berat. Entah sudah berapa lama Raynia tertidur, tapi rasanya seperti sudah sangat lama ia berbaring.

Mata Raynia menyisir ruangan di sekelilingnya dan terpaku pada seseorang yang sedang tidur dengan kepala bersandar di sisi ranjangnya.

Raynia bergerak diam-diam karena ingin turun dari ranjang. Namun, pergerakanya membangunkan seseorang.

"Nia? Kamu udah bangun?" ucap Rakha sambil mengucek matanya.

Jam dinding berdetak menunjukkan waktu hampir larut malam pukul 21.20. Raynia sudah tertidur hampir seharian sejak masuk IGD tadi pagi. Rakha masih tetap setia menemani hingga memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Rakha.

"Mau ke toilet," jawab Raynia dengan suara lirih.

"Aku gendong aja ya," tawar Rakha.

Raynia menggeleng kuat. Raynia tak mau hatinya melemah lagi.

"Nia, kamu masih lemes, kan? Udah biar aku gendong aja."

Rakha kembali menggendong Raynia tanpa perlu menunggu persetujuan dari Raynia, tak lupa Rakha juga menyeret tiang infus. Bagi Rakha sekarang, kesehatan dan kenyamanan Raynia sangat penting.

"Lepasin, Mas!" Rintih Raynia meski tangannya menggenggam erat pundak Rakha.

Rakha hanya tersenyum dan terus berjalan menuju toilet. Sesampai di dalam toilet, Rakha dengan hati-hati menurunkan Raynia lalu bersiap keluar. Rakha paham, sekarang ada batasan yang membuatnya tak bisa lagi masuk ke ruang privasi Raynia.

AKAD KEDUAWhere stories live. Discover now