8. Dari Jauh

1.1K 174 15
                                    

"Wah, makasih Kak Rakha traktiran steak-nya. Sering-sering ya, jangan kayak Kak Nia, makan enak cuma sebulan sekali doang," ucap Rezki usai mengunyah satu potongan daging.

Raynia tak tinggal diam, ia memberi adiknya tatapan tajam dan cubitan pedas di lengan.

"Ah, aduh! Sakit, Kak!"

"Bisa diem nggak?" bisik Raynia dengan mata memelotot.

Rakha tersenyum melihat kelakuan kakak beradik di depannya. Lebih tepatnya, Rakha tak berhenti tersenyum sejak insiden di lampu merah tadi. Bila perlu, Rakha akan berterima kasih pada pengendara motor yang sebelumnya telah memancing emosinya.

Berkat pengendara motor yang ugal-ugalan, Rakha bisa kembali merasakan sensasi tersengat listrik saat Raynia mengusap lembut lengannya. Meski setelahnya berakhir dengan situasi canggung di antara keduanya.

"Kalau mau tiap minggu kita jalan, juga boleh." Rakha melirik Raynia yang sedang sibuk memotong daging.

Seketika Raynia menghentikan aktivitasnya dan menaruh garpu dan pisau di meja.

"Mas, kita perlu bicara berdua. Ikut aku!" Raynia bangkit dan berjalan ke arah luar restoran.

Sementara Rakha masih tercengang sekaligus senang. Bagaimana tidak? Kemarin, Tian memaksa Raynia untuk bicara berdua, namun Raynia menolaknya mentah-mentah. Sedangkan hari ini, Rakha merasa beruntung karena justru Raynia yang mengajaknya bicara, berdua.

"Nak Rakha, kok ngelamun? Ayo sana susulin Nia. Siapa tahu kalian bisa baikan lagi." Ibu tersenyum, senyum yang menyulut semangat 45 dalam hati Rakha.

Rakha mengangguk dan berdiri tegak.
"Siap, Bu. Doakan Rakha ya, Bu."

Rakha lalu mencium tangan Ibu dan menepuk pundak Rezki yang masih sibuk mengunyah daging. Setelahnya, Rakha gegas menyusul Raynia yang saat ini sedang berdiri di depan meja kasir.

"Eh, Nia kamu ngapain ke kasir?"

Pertanyaan Rakha dijawab dengan selembar kertas setruk berisi tagihan yang telah lunas dibayar.

"Nggak akan ada makan-makan bareng lagi minggu depan atau minggu-minggu berikutnya. Semua sudah impas. Semoga kamu paham."

Raynia menyerahkan setruk pada Rakha lalu kembali ke meja makan. Rakha sempat terbengong, tapi setelahnya dia tertawa gemas.

"Nia ... Nia ... Masih aja begitu." Rakha menggeleng lalu menyusul Raynia dan keluarga di meja makan. Sebelumnya Rakha menyempatkan diri untuk memotret Raynia dari kejauhan.

"Ehm, Ibu sama Rezki habis ini mau kemana? Langsung pulang atau mau belanja dulu?" tanya Rakha.

"Langsung pulang," jawab Raynia bersamaan dengan Ibu dan Rezki yang menjawab, "belanja dulu."

Dua lawan satu lagi, Raynia kurang supporter. Sementara Rakha tersenyum bahagia dan berterima kasih dalam hati pada semesta dan juga keluarga Raynia yang mendukung.

"Bu, belanjanya besok aja ya, biar Nia yang belanja."

"Besok gimana, bahan-bahan di kulkas udah pada habis, Nia. Besok juga kamu masuk kerja. Udah sekarang aja mumpung udah di sini."

Raynia terdiam, tak bisa lagi membantah Ibu dengan berbagai macam alasan. Rakha menang lagi.

~°~°~°~

Saat sedang berjalan di lorong supermarket, Raynia sengaja memperlambat langkahnya. Ia merasa diikuti oleh seseorang. Raynia yakin Rakha ada di belakangnya. Dan benar saja, Rakha memang mengikuti Raynia di setiap lorong supermarket. Padahal Raynia sudah berusaha menghindar dan sengaja berpencar dari Ibu dan Rezki.

AKAD KEDUAWhere stories live. Discover now