identity

4.2K 568 25
                                    

No relationship last forever.

Jisoo tau ini lebih dari apapun, sebagaimana dirinya yang telah menyaksikan berbagai masa juga kehidupan ratusan tahun lamanya di bumi.

Maka apapun yang terjadi, sebisa mungkin ia kesampingkan perasaan dalam hati baik itu tentang keluarga, teman, kerabat, bahkan kekasih.

Batinnya meringis jijik kala melewati lorong kelas di umur 16, salah satu teman yang tengah dimabuk cinta terdengar meyakini sang kekasih bahwa mereka akan selamanya bersama.

Ingin sekali Jisoo teriak sekarang juga, menyadarkan semua orang bahwa kematian lebih nyata dari harapan.

Tapi yaa, ya sudahlah.

Ia tidak bisa menyamaratakan takdir sial dari harapan semua makhluk di semesta ini.

"Uh-huh.
Kalau mereka berharap saling mencintai selamanya, maka aku berharap untuk bertemu satu saja nama Yoon Jeonghan yang benar-benar seorang Yoon Jeonghan."
Cerewetnya pada diri sendiri, sebelum masuk ke kelas bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

Kalian tanya maksud omelan Jisoo tadi?

Well, 200 tahun lebih- ia sudah bertemu sekitar 15 orang bernama Yoon Jeonghan dari berbagai masa. Tapi tak ada satupun yang mengerti jalan pembicaraan Jisoo ketika ia membawa cerita tentang alam yang berbeda dimana iblis meneror kerajaan aman sentosa.

Salah sendiri untuk tidak tanya si iblis bagaimana bentukan Jeonghan yang asli. Ciri khusus, tinggi, rambut, apalah itu sampai akhirnya kesusahan di bumi.

Bukan, bukan maksudnya Jisoo tidak mencoba bertanya. Ia cuma telat. Baru terpikir setelah sampai di bumi, bukannya saat masih di kerajaan sana.

Sekarang mau teriak ataupun merapalkan mantra pemanggil iblis juga tidak akan menghasilkan sosok yang Jisoo kenal untuk hadir menjawab pertanyaannya sesuai harapan.

"Hopes are beautiful and dreamful. Nothing wrong when you hope to be something that others usually don't."
(Harapan itu indah dan penuh mimpi. Tidak ada salahnya ketika kau berharap untuk menjadi sesuatu yang tidak biasanya orang lain harapkan.)

"Miss, can I hope to be married with doctor strange?"
(Guru, bisakah aku berharap untuk menikahi doctor strange?)

"Yes, you can.
You can hope to be married with your hero even tho it sounds impossible but maybe not, in another universe."
(Ya, tentu. Kau bisa berharap menikahi pahlawanmu meskipun terdengar mustahil tapi mungkin tidak, di alam yang lain.)

Perlu Jisoo akui, ia sangat mengagumi bijaknya jawaban guru bahasa inggris ini.

Entah teori apa yang gurunya gunakan, tapi kalimat tersebut bisa Jisoo jamin kebenarannya sebagai seorang pangeran yang pernah hidup di dunia selain bumi.

"Kalau begitu.. aku berharap untuk mati dan tidak pernah terlahir kembali."

Sumpah ini bukan suara Jisoo, atau suara di pikirannya.

Terkejut. Pria itu segera memutar kepala ke sumber suara, mendapati teman sekelas di belakang tengah memerhatikan guru dengan pandangan setengah minat.

Bukan minat akan belajar. Tapi minat akan hidup. Jisoo paham sekali ekspresi tersebut.

"Lee Seokmin."

"??"

"Tidak boleh berharap mati!"

"Kok dengar?"

"Harus semangat!
Fighting!!"

"..."

Sosok yang tadi sempat bertopang dagu di meja, kini duduk tegak menatap lurus ke arah Jisoo. Maniknya berkedip beberapa kali, kemudian membesar sedikit lantaran tak menyangka bahwa satu dari tiga puluh enam murid di kelas ini telah memanggil namanya dengan benar.

"Bahkan guru pun tidak pernah sudi menyebut namaku."

Sebenarnya bisikan Seokmin terdengar lagi oleh Jisoo, tapi pemuda ini tidak sempat membalas lantaran guru menghadap ke arahnya sekarang.

Aneh. Mereka sudah dua bulan lebih masuk SMA, kenapa dia terkejut sekali mendengar temannya memanggil dengan nama?

Manusia memang tidak jelas.

"Joshua."

"Joshua!"

"Josh-"

Oh sial. Jisoo lupa lagi kalau namanya sekarang ganti jadi Joshua.

Nama yang entah ke-berapa, jangan tanya.

Tapi lupakan soal nama. Yang lebih penting sekarang, kenapa ada teman yang mengejarnya sampai ke luar gedung begini?

Jujur ia selalu menjaga jarak aman dengan siapapun agar mereka tidak terlalu peduli dengan kehidupan pribadi Jisoo, makanya akan aneh kalau sekarang ada yang tiba-tiba ingin mengakrabkan diri dengan dalih main bersama sepulang sekolah.

"Maaf, tapi aku tidak mau-"

"Kenapa bisa kenal aku?"

"Huh?"

"Tadi. Saat pelajaran inggris. Kamu sebut nama aku. Lee Seokmin."

"Ya.. ya memang itu nama kamu, kan? Aku kenal semua teman sekelas makanya-"

"Aku murid jalur kasihan."

"..beasiswa?"

"Hm."

"Ya terus?"

"Terus kenapa kamu repot-repot menghafal namaku juga?! Yang lain memanggilku pakai sebutan 'hey' atau apapun. Bahkan para guru melewati namaku tiap presensi!"

Oh. Kembali lagi ekspresi tadi.

Setengah hidup, setengah mati.
Perasaannya kalut, marah, sedih, juga frustasi.

"Hanya karena itu, kau kepikiran untuk mati?"

"Apa-?"

"Lee Seokmin."

"...."

"Lee Seokmin, Lee Seokmin, Lee Seokmin.
Akan aku sebut terus namamu mulai sekarang. Bagiku nama adalah identitas, bukan gambaran siswa apa dia di sekolah ini. Mengerti?"

"Tapi-"

"Satu lagi.
Jangan pernah berpikiran untuk mati.

Mati itu tidak enak."

"..kau pernah?"

"Kalau aku bilang iya, apa kamu percaya?"

"Um."

"Nah, kan. Makanya-
Tunggu. Kamu percaya?"

"Iya."

"Umurku ratusan tahun."

"..oke?"

"Aku sudah berkali-kali reinkarnasi!
Aneh, kan?!"

"Tidak aneh. Aku bahkan punya kakak seorang malaikat, jadi ku rasa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."

-tbc-

✓Reincarnated Again & Again [SeokSoo BxB]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin