fall

2.2K 431 20
                                    

Sekarang Jisoo mengerti.
Tentang bagaimana 'gurauan' Seokmin yang diladeninya beberapa bulan lalu, tentu merupakan hal yang pasti terlintas di kepala remaja terlebih dengan kondisi yang dialaminya.

'aku berharap mati dan tidak pernah terlahir kembali'

'guru rohaniku bilang kalau rezeki, jodoh, dan kematian adalah takdir yang tidak bisa ubah'

"Ayahku meninggal di penjara, lima tahun setelah resmi ditahan." Ucapnya, menambah nyeri di dada Jisoo yang masih setia duduk menemani di taman tak jauh dari rumah sakit jiwa usai kunjungan mereka yang berujung reuni kecil sebelum sosok 'Ibu' dari Lee Seokmin kembali menggila hingga harus diseret petugas.

Segelintir angin di sekitar juga berisik kendaraan diharapkan dapat meramaikan suasana. Walaupun hanya mereka berdua yang menempati rumput hijau permukaan nan luas.

Suara Seokmin terdengar berbeda di telinga Jisoo semenjak air matanya lolos begitu saja untuk pertama kali sejak mereka kenal satu sama lain.

Dia yang biasanya pembawa suasana, selalu menggunakan nada-nada menyenangkan ketika bicara, serius dalam berkata, kini berubah hampir seperti sosok yang Jisoo tidak kenal.

Bahkan untuk mengangkat kepala guna bersitatap pun, si makhluk dunia lain ini merasa enggan. Dalam hati juga takut, kalau-kalau kesedihan yang tersirat dari tiap rangkaian cerita Seokmin berpengaruh besar pada dirinya sendiri.

Tidak, ia tidak bisa terlalu berempati pada manusia. Empati menciptakan sebuah hubungan yang luar biasa dampaknya. Meskipun mungkin, sudah terlalu telat untuk menghindar sekarang.

"Kalau tidak ada Kak Han, apa aku masih hidup kira-kira?"

"..entah."

"Kau tau, waktu ia hadir di hadapanku, dengan gamblang ia mengaku sebagai malaikat.

Aku masih umur dua tahun, masih bingung kenapa orang tuaku dua-duanya menggila, berpisah, kemudian aku tiba-tiba sendirian. Semua rumah, barang, bahkan makanan yang dulu milikku tak sedikitpun boleh dipegang.
Tapi Kak Han malah datang dengan perkenalan malaikatnya yang ku anggap.. cukup menghibur."

"Menghibur?"

"Um.
Aku pikir.. dia 'malaikat' maut. Makanya aku senang menyambutnya."

"Huh?"

"Otak dua tahunku kala itu berpikir sederhana, 'Tuhan telah ambil orang tuaku, hartaku, berarti sekarang giliran nyawaku makanya tuan malaikat datang.'"

"Seokmin.."

Pecah sudah pertahanan Jisoo.

Air mata refleks menetes kala kepalanya mendongak, memastikan wajah sosok di sampingnya yang selalu memancarkan aura kejujuran.

Sayang cerita jujurnya sama sekali tak mengundang senyuman.

"Kak Han tidak bicara apa-apa.
Iya hanya berlutut, memelukku, kemudian entah bagaimana, aku bisa mendengarnya bicara dalam pikiranku.

'Lee Seokmin, aku datang bukan untuk membawamu pergi. Tapi untuk memastikan kau hidup sampai waktu yang telah ditentukan.'

Mengejutkan, karena ternyata.. jawaban tersebut lebih membuatku lega."

"Lalu kenapa.. waktu itu.. kamu bilang ingin ma-"

"Sebab aku merasa cukup membebani selama hidup. Bagi sekolah, bagi guru-guru, bagi Kak Han.."

"No, Seok. No."

"Aku merasa tidak berguna seiring berjalannya waktu."

Tidak ada kalimat yang mampu Jisoo ucapkan lagi untuk menimpali. Maka tangannya pun terulur, menarik Seokmin ke dalam pelukan kecil yang diiringi isak tangis Jisoo.

✓Reincarnated Again & Again [SeokSoo BxB]Where stories live. Discover now