Untold Story 2

239 48 1
                                    

Gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap...

Saat kupejamkan mata yang kutemukan hanya kegelapan datang menyelami seperti dalamnya palung mariana. Kedua telingaku yang terbuka lebar bisa mendengar gemuruh mesin pendingin ruangan serta deru nafas teratur lainnya.

Suasana disini sunyi... senyap... dan dingin. Walaupun begitu, saat kututup mataku seperti ini dan mencoba untuk tertidur semenjak beberapa jam yang lalu, aku tetap tidak bisa melakukannya. Tapi tetap kulakukan agar mereka tahu bahwa aku sudah terlelap di alam mimpi.

Kling... Kling...

Kali ini kesunyian itu digantikan berbagai erangan disekelilingku ketika mendengar bunyi lonceng. Berbagai ranjang yang berderit menjadi pertanda bahwa mereka sudah bangkit.

Tak mau ketinggalan, aku menyusul dan membuka mataku untuk disambut dengan pemandangan mereka semua yang terburu-buru. Beberapa sampai salah mengancingkan baju dan beberapa lagi berwajah tegang pucat disertai linangan air mata. Saking pucatnya kukira mereka mayat yang kembali hidup lagi, haha.

Mendapati kemeja dan celana putih panjang disudut tempat tidur, aku segera menganti piyamaku dan bergegas menuju ruang makan. Aku tak punya tanggung jawab untuk menunggu anak-anak yang lebih kecil kesulitan memakai pakaiannya sendiri. Memalukan. Memakai pakaian kan hanya seperti membalikkan telapak tangan.

Mengeluarkan dengusan kecil, aku melempar batang hidungku ke ruang makan yang kosong. Pertanda bahwa akulah yang pertama datang dari setiap anak-anak yang lain.

Kudapati ada dua sosok dewasa memakai jubah putih panjang sudah duduk dimeja makan. Aku menghampiri mereka dan menunduk untuk memberikan hormat sebagai etika yang wajib dilakukan.

"Kerja bagus, Gojuban (0050). Kamu memang patut dicontoh," Kata suara yang lebih berat mengusap-usap kepalaku.

"Benar, menjadi nomor 1 itu suatu kebanggaan," Susul suara yang lebih sopran dan lembut namun diisi ketegasan. Tangannya menyisiri setiap helai rambut biruku.

Rasa hangat mengisi relung di dada setiap kali mereka menyentuh kepalaku. Aku suka. Aku suka dielus. Aku suka dipuji. Aku suka mendapat perhatian mama papa, itu kenapa aku selalu berusaha menjadi nomor satu.

Namun kesenanganku terganggu mendapati pintu ruang makan terbuka. Menampakkan anak perempuan berambut sakura panjang dengan manik serupa. Ia tersenyum kearahku yang sudah kutinggal pergi, sebelum melakukan hal yang sama yaitu memberi etika pagi.

Kutatap kursiku yang terjauh dan terujung. Disana sudah ada bubur gandum dengan segelas susu. Sarapan seperti biasa dan sewajarnya. Tapi aku merasakan sebuah tatapan aneh seakan menge-bor dalam-dalam seisi kepalaku. Aku menoleh kedepan. Ughh... dia lagi. Tidak bisakah dia meninggalkanku sendiri untuk sehari— tidak... untuk 5 menit?!

Dia menatapku mencoba untuk mengatakan sesuatu sebelum aku memotong dengan pelototan tajam. Dia tahu peraturan dimeja makan itu tidak boleh bersuara kecuali ditanya, dan harusnya dia tahu bahwa hal itu tidak boleh dilanggar. Itu etika.

✅"HERO" - Male!OC (BNHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang