S5 Ep. 1

142 20 8
                                    

"Kau merokok?"

Manik hitam itu melirik dari balik bahu, melihat seseorang memergokinya yang sedang bersantai di balkon teratas bangunan yang ia tempati. Ia bangkit membenarkan posisi duduk, lalu menginjak tembakau itu sampai apinya mati dengan sepatu pantofel.

"Tidak."

Sang penanya hanya sweatdrop melihat penyangkalan didepan mata. Ia menghela nafas lelah, kakinya yang dibalut pantofel mahal serupa, berjalan mendekat dan duduk disebelahnya. Keheningan menelan mereka bulat-bulat sama seperti kegelapan yang menggantikan matahari tenggelam di ufuk.

Ditengah lautan bintang, Shigaraki bisa melihat pantulan itu dari mata adiknya yang kosong. Ia juga melirik guci coklat yang berada disebelah Chi. Guci itu masih sama bentuknya, bekas noda darah sudah hilang seakan dipoles bersih. Bunga lily dan mawarnya juga masih segar karena diganti setiap waktunya mati.

"You're not in tears...,"

"...Tears? I don't have time for that," Manik hitamnya melirik, "I'll be on tears when the world burn in my hands."

Begitu selesai mengucapkan itu, posisi kamera berganti menyoroti mereka berdua dari belakang. Dimana seisi kota yang sebenarnya terlihat. Segala teriakan, tangisan, jeritan, kematian, penderitaan, hiruk-pikuk, ketakutan serta teror menjadi satu diiringi dengan kobaran sang jago merah.

~~~

HERO
"Dunia masih percaya kehadiran hero pada jaman ini?"

HERO"Dunia masih percaya kehadiran hero pada jaman ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 bulan sudah berlalu. Percakapan diatas adalah percakapan terakhir Chi dengan kakaknya sebelum Shigaraki Tomura memutuskan untuk memberikan dirinya kekuatan 'tambahan'.

Apa Chi menolak? Atau mencoba menghentikannya?

Tidak, itu semua terserah kakaknya. Kakaknya yang memilih jalannya sendiri. Ia tak ada hak untuk ikut campur. Begitu juga dengan Shigaraki yang tak ada hak untuk menghentikannya yang ingin menyaksikan dunia bersujud dibawah kakinya.

Maniknya memandang kota kering yang hancur. Tidak ada yang berteriak ataupun menangis tersedu-sedu meminta pertolongan seperti yang ia dengar dua jam yang lalu. Semuanya sepi, sunyi, senyap dengan angin semilir berisi debu merah terbang mengotori wajahnya. Kakinya berjalan pelan, melihat seisi kehancuran yang dibuatnya. Sampai itu terhenti pada seorang pria sekarat.

Ia berjongkok, memaksa kepala sosok itu mengangkat dengan menarik dagunya. Manik hitam arang itu menelisik, memperhatikan setiap raut ekspresi yang dibuat korbannya.

"K-kumohon, aku akan melakukan apapun..!"

"Apapun? Kalau begitu, siapa hero yang bertugas di Kyushuu hari itu?"

Tubuh pria itu menegang. Mulutnya bungkam. Bibirnya gemetar dengan manik membola. Ia tak sanggup bicara, ia tak boleh bicara pada hal itu.

"Tak bisa bicara, eh? Apa kalimat 'akan melakukan apapun' itu suatu kebohongan?" tanya sang dominan dengan suara serak.

✅"HERO" - Male!OC (BNHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang