Lust First, Love Later

266 10 8
                                    

Genre : Drama, Romance

Author's POV

"Am, dia tuh cuma manfaatin elu. Emang lu ga nyadar." Rindu menggoyang bahu temannya yang baginya sudah terlihat seperti seorang idiot saat ini.

Amira singkirkan tangan Rindu dari bahunya.
"Tau kok. Sama kan, gue juga manfaatin dia. Kita tuh saling memanfaatkan lagi." Amira nyengir bodoh.

"Bohong banget. Lu ada rasa kan? Ngaku!" Rindu tak percaya. Ia toyor dahi temannya.

"Sakit setan." Amira mengaduh kesakitan sambil memegang dahinya. Rindu kadang bisa sangat brutal.

"Bodo ah. Kesel. Udah abis berapa duit lu buat cowok itu?" Ia kembali meminum jus jeruknya, berusaha meredam kekesalan akan teman bodohnya itu.

"Mayan sih. Ga banyak. Tapi bikin gue puasa beberapa hari." Amira masih asik menyantap kentang goreng yang baru saja ia pesan.

"Terus dia gimana?"

"Ngilang. Kayak biasanya. Datang kalo lagi butuh doang. Kayak ga tau aja." Santai sekali. Seperti gaya Amira yang tak pernah mau ambil pusing.

Rindu memijit dahinya pelan. Merasa kehabisan kesabaran menghadapi kebodohan Amira.

"Gini nih kalau 'Nafsu duluan, cinta belakangan'. Pokoknya jangan baper. Jangan ngehubungin duluan." Rindu memberi petuah kepada Amira walau dia yakin Amira tidak akan mendengar petuahnya.

"Ini gue udah ga ada chat sama Januar lebih dari seminggu kok." Amira menunjukan riwayat chatnya kepada Rindu.

Rindu menghela nafas panjang, tidak tau harus berekspresi atau berpetuah apa lagi. Seandainya saja ia tidak mengenal Amira cukup lama, mungkin ia akan nekat menenggelamkan gadis keras kepala ini di Teluk Jakarta. Gadis di sampingnya ini terlalu impulsif, bahkan seakan menggampangkan semua hal termasuk hubungannya dengan Januar.

Januar hanyalah seseorang dari masa lalu Amira. Sebuah kisah yang tidak pernah berujung apapun selain kekecewaan pada Amira. Kendati demikian, Amira dan Januar seperti dua kutub magnet berlawanan yang saling tarik menarik. Ada untuk satu sama lain. Saling menghilang, namun lucunya takdir seolah terus mempertemukan. Dan sekarang disinilah mereka, terjebak pada hubungan saling menguntungkan. Saling menikmati satu sama lain tanpa sibuk melabeli hubungan tersebut. Aneh bukan? Memang, ini bukan hubungan orang normal. Ini hanya milik Januar dan Amira.

Januar
By, aku kangen
Kamu dimana?
Udah makan?

"Rindu, dia chat." Amira menunjukan sebuah chat yang baru saja ia terima. Amira terus menjaga mimik wajahnya agar tak terlalu kentara bahagia. Namun membohongi Rindu sepertinya bukanlah keahlian Amira.

"Jangan bales."

"Iya. Nunggu 1x24 jam kan. Ngerti ngerti." Amira letakan kembali ponselnya.
Baru lima menit ia menaruh ponselnya, bunyi pesan masuk kembali terdengar. Membuat Amira dan Rindu penasaran. Langsung saja Amira buka pesan itu.

Januar
Aku habis dapat tender besar, by
Hari Minggu ketemu yuk?
Kangen pengen meluk kamu, cium kamu
Candu ini ga tau kapan berhentinya
Ah iya, by, tolong kirim rekeningmu ya, aku mau mengembalikan uang yang aku pinjam

Kadar ketertarikan Amira pada uang berada pada tingkat paling wahid, jadi wajar saja ketika ia melihat kata 'transfer', spontan ia balas pesan tersebut. Tidak mempedulikan petuah Rindu. Persetan 1x24 jam. Materi lebih penting. Ia tersenyum tipis saat menerima pesan balasan tersebut.

Januar
Udah aku transfer
Aku tambahin dikit buat skincare

Senyum Amira kini tak bisa lagi ia tahan. Sudah ia bilang, hubungannya dengan Januar ini simbiosis mutualisme. Sementara Rindu hanya memandang temannya jengah, jangan bilang ia tidak mengingatkan wanita di depannya ini.

12 AMWhere stories live. Discover now