Melody Of Us

236 11 36
                                    

Genre : Mellow Drama, Slice Of Life, Action

(Cerita dibawah mengandung unsur kekerasan pelajar. Dimohon kebijakan menyikapinya)

"Katanya, pemuda seperti kita punya privilege berupa jiwa muda serta fisik yang prima. Akan tetapi, kita lupa bahwa kita lebih sering berbuat salah dan sembrono. Lalu apa yang mau kamu katakan pada masa tuamu jika ia meminta pertanggungjawaban atas masa mudanya yang kamu sia-siakan?" - Dara

Author's POV

Suara sirene mobil polisi menggema di sepanjang Jalan Gajah Mada, tempat sering terjadi tawuran antar geng di wilayah Jakarta Barat. Mendengar kegaduhan itu, puluhan siswa berseragam SMA langsung berhamburan meninggalkan lokasi kerusuhan. Mereka berlari, bersembunyi, sebisa mungkin menyelamatkan diri dari kejaran aparat keamanan. Tidak terkecuali seorang siswa SMA dengan surai coklat panjang yang wajahnya kini telah babak belur. Hampir saja ia berhasil kabur hingga seseorang siswa dari SMA lain mengayunkan tongkat bisbol tepat ke tempurung lututnya.

"Ini buat teman - teman gue yang lu pukul tadi ya, Sat." Setelah menjatuhkan laki-laki di belakangnya dengan tongkat bisbol, siswa tersebut tersenyum dan berlari meninggalkan lelaki bersurai coklat itu.

"Sialan. Anjing. Awas ya lu pada." Laki-laki ini mengaduh kesakitan sambil memegangi tempurung lututnya. Tidak berapa lama, polisi datang menyergap dan membawanya ke kantor polisi dengan mobil tahanan.

Sepanjang perjalanan tak hentinya ia mendumal kesal. Ia terus memegang lututnya yang memar. Sudah wajahnya babak belur, kini harus pula diinterogasi polisi untuk kesekian kalinya. Dia memutar otak, kira-kira siapa orang yang akan ia suruh untuk menebusnya. Orang tua? Jelas tidak mungkin. Ayahnya mungkin saja saat ini sedang memasang taruhan di meja perjudian. Sementara ibunya, jelas tidak mempedulikannya. Dengan berat hati ia menyebutkan sebuah nomor kepada petugas.

Setelah melewati interogasi yang cukup panjang, lelaki itupun diperbolehkan pulang setelah seorang pria paruh baya dengan putrinya datang menjamin kebebasannya. Tentu dengan keharusan wajib lapor secara berkala. Ia tekuk wajahnya meninggalkan kantor polisi itu. Tak lupa ia ucapkan terima kasih kepada pria paruh baya yang telah membantunya selama ini.

"Ario tunggu! Kita belum selesai." Gadis yang datang bersama pria paruh baya itu mulai berbicara setelah memasang tampang muak sedari tadi.

"Bisa ga sih sekali aja lu ga bikin masalah? Selalu papa yang harus bantu elu tiap elu buat masalah." Ia langkahkan kakinya mendekat

Mendengar perkataan sang gadis, lelaki itu menghentikan langkahnya. Kalimat itu lagi-lagi harus ia dengar. Ia jengah. Apa wanita itu pikir ia mau juga ditangkap aparat keamanan? Semua ini karena ulah siswa SMA lawan yang berbuat curang padanya.

"Sorry!" Tanpa berbalik ia mengatakan kalimat singkat itu dan berlalu meninggalkan sang gadis yang nampak terus berteriak memanggilnya.

#########

"Yo, cabs yok ma kampret-kampret. Abis pelajaran kedua. Main PS di rumah Indra." Ucap seorang siswa kepada Ario.
Ario yang sedang asik merokok hanya memberi anggukan sebagai bentuk persetujuan.

Ario dan beberapa kawannya masih asik merokok di gedung belakang sekolah hingga seorang siswi muncul sambil mengarahkan kameranya tepat ke kawanan Ario.

"Halo guys, sekarang aku ada di gedung belakang sekolah. Wah ada anak-anak bolos dan ngerokok nih. Kalo dilaporin guru kedisiplinan kira-kira gimana ya? Dihukum apa nih mereka?" Gadis itu berbicara sambil melihat sinis ke arah Ario.

Salah seorang teman Ario mematikan rokok dengan jengah, berjalan mendekati gadis itu hendak merebut ponsel sang gadis sebelum Ario lebih dulu menghalau pergerakannya.

12 AMWhere stories live. Discover now