Dangerous Intention (Part I)

88 5 16
                                    

Genre : Drama, Angst

"Jika terus menaiki tangga ini, kira-kira apa yang akan menungguku di atas? Surga ataukah neraka?" - Iriana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika terus menaiki tangga ini, kira-kira apa yang akan menungguku di atas? Surga ataukah neraka?" - Iriana.

"Dari awal aku tahu, pertarungan ini, bukan sesuatu yang bisa aku menangkan. Namun untuk memuaskan egoku, jatuh ke jurang terdalam pun akan aku lakukan." - Narendra

"Tidak aku sangka. Anjing yang telah aku rawat sedari kecil, kini telah berani menggigitku." - Christian

Author's POV

"Kamu tau harus apa kan dengan Fortuner Putih bernomor plat B 0127 ME? Buntuti terus sampai di terowongan. Disana tidak ada CCTV, tuntaskan saat situasi aman!" Seorang wanita muda menutup panggilan di ponselnya. Ia menatap nyalang jalanan sambil sesekali mengetuk setir mobil dengan kasar. Raut kecemasan tergambar jelas, meski tak coba ia tunjukan.

Wanita itu, Iriana Jesselyn Wijaya, telah dengan sabar menyusun rencana demi rencana selama hampir lebih dari tiga tahun untuk dapat mewujudkan impiannya. Hidup bahagia sebagai Wijaya Utama yang terhormat dengan kekasihnya, Narendra Radjasa.

Langkah awal yang dilakukan oleh keduanya ialah membuat dewan direksi melihat kapabilitas Iriana dalam mengelola Wijaya Department Store. Selanjutnya, mendorong Iriana masuk ke jajaran top management perusahaan induk Wijaya Utama Corp.

Mendulang kepercayaan dewan direksi bukanlah perkara yang sulit. Terlebih ketika seorang Narendra sudah mengeluarkan pendapatnya. Iriana dapat dengan mudah menempati top management dengan mempertimbangkan kapabilitas serta dukungan pihak di belakangnya.

Di titik ini, seluruh rencana Iriana dapat dikatakan berjalan mulus. Namun Iriana tak puas. Ia tahu, saat ini ia tak ubahnya berdiri di atas lapisan es yang tipis. Ia bisa saja jatuh dengan mudah dan tenggelam. Masih ada satu hambatan, ia harus menyingkirkan penghalang itu segera. Ia tak mau kembali ke sangkar emas itu lagi.

Sebuah panggilan masuk membuyarkan lamunannya. Itu adalah panggilan dari orang yang selama ini menjadi tumpuannya berkeluh kesah. Sekutu sekaligus mentornya. Dia adalah orang yang merelakan dirinya menjadi tangga agar Iriana dapat naik ke puncak hirarki.

"Iriana, dimana kamu, sayang? Kamu tidak serius kan akan menyingkirkan Christian?" Tanya pria di balik panggilan itu dengan gelisah. Tergambar dari intonasi pria itu yang sedikit gemetar, seolah menahan perasaan takut dan amarah.

"Mau bagaimana lagi? Dengan begini, semua rencana kita baru bisa dikatakan berhasil. Aku tak mau hidup dengan perasaan takut, Rendra. Aku sudah cukup menunggu untuk saat ini." Ucap Iriana santai. Perlahan ia ambil rokok dari dalam tasnya. Menyulut dan mulai menghisap asapnya dalam-dalam. Iriana jarang merokok, ia melakukannya hanya saat stres atau gelisah.

"Bukankah aku bilang tunggu perintah dariku? Aku yang akan melakukannya untukmu? Mengapa kamu malah bertindak sendiri? Semua rencana kita bisa berantakan. Bagaimana jika penyelidikan kepolisian mengarah kepada kita, Ana?" Bentak Narendra. Ada nada khawatir dalam bentakannya, namun tak disadari oleh Iriana.

12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang