03

90.9K 6.6K 228
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

Kaki putih nan jenjang itu, berlari kencang menyelamatkan dirinya. Derap langkah dan geraman kemarahan dari seseorang yang mengejarnya, membuat perempuan itu semakin dirundung ketakutan. Berkali-kali ia mencoba mendial nomor saudarinya, berharap akan ada seseorang yang mau menolongnya. Sayang, panggilan itu gagal untuk kesekian kalinya.

"BERHENTI LAURA!" Nada penuh amarah juga perintah itu membuatnya semakin ketakutan. Suaranya begitu keras nan menggema. Nyali Laura semakin menciut bagaikan balon kehabisan udara, gemetar kakinya yang menghebat ia paksa untuk terus berlari.

"Angkat Launa, kumohon." Bisiknya lirih.

Sleb!

"Arghhh!" Laura menggeram tertahan.

Langkahnya terhenti begitu saja, jatuh luruh tubuhnya menghantam ubin dingin itu saat sebuah belati kecil menusuk tepat tulang kakinya, mulutnya menganga menahan rasa sakit juga perih pada tulang-tulangnya, memegang betisnya yang tertancap benda tajam itu. Darah pekat itu mengalir menyebrangi setiap inci kakinya, jatuh menggenangi lantai dengan aroma khas darah yang begitu kental.

"Zion, kumohon percayalah. Ini fitnah!" Laura bersimpuh di kaki calon suaminya itu, mengabaikan rasa sakit yang menjalar tak tereda itu mendera kaki kanannya. Meminta dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya untuk Alzion mempercayainya. "Aku tidak selingkuh, sungguh." Ucap Laura lirih, nyaris seperti bisikan.

Alzion berdecih, pria itu membuang wajahnya muak. Sorot matanya menggambarkan dengan jelas kekecewaan dan kemarahan yang terbakar panas. Dadanya bergemuruh hebat, emosi menguasai dirinya telak. Alzion dalam mode tak terkendali.

Perlahan pria itu menurunkan tubuhnya, mensejajarkan posisi dengan perempuan itu. Satu kakinya ditekuk, tumit kanannya dijadikan sebagai penyangga posisinya saat itu. Alzion menarik dagu Laura agar menatapnya, mata sembab pun memerah hebat menjadi tampilan Laura nampak terlihat begitu kacau.

"Kau menghianatiku, sayang." Ucap Alzion tenang namun begitu mematikan.

Laura semakin terisak, ia sudah tidak punya posisi yang tepat untuk membela dirinya. Tatapan Alzion menyiratkan makna bahwa ia tidak akan pernah termaafkan. Dan kematian adalah penebusan dosanya.

"Harusnya kau berterimakasih padaku Laura! Bukan malah membalas kebaikanku dengan cara menjijikan seperti ini!" Setiap kalimat yang Alzion ucapkan, menekan tajam dengan sorot mata merah padam. "Kau pikir aku tidak mampu membunuh wanita yang aku cintai, hm?" Alzion tertawa kencang.

Kilatan bayangan adegan panas Laura dengan pria asing itu kembali berputar di otaknya. Saat dimana Laura dengan ikut andil mengambil posisi, membalas setiap sentuhan pria itu yang ia saksikan dengan matanya sendiri.

Padahal lusa adalah hari bahagia untuk mereka berdua, Alzion akan memiliki Laura seutuhnya dan sah di mata hukum negara. Sialnya, cinta yang Alzion berikan selama ini diludahi begitu saja dengan penghianatan oleh Laura.

"Lari," ucap Alzion.

Laura dengan sesenggukan menatap manik Alzion, ia memejamkan mata membuat air matanya kembali terjun bebas membasahi pipinya. "Lari dan selamatkanlah dirimu semampumu Laura, kuberikan kau kesempatan untuk melarikan diri."

Alzion mengusap pipi Laura dengan ibu jarinya, menatap dengan penuh makna terhadap perempuan cantik di depannya. Bagaimanapun juga, Laura adalah seseorang yang pernah menjadi teristimewa di hidupnya. Pernah ia nanti kehadirannya. Dan ia inginkan untuk kepemilikannya.

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now