32

54.7K 5.6K 1.5K
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

•1,8k vote - 1,2k komen for the next chapter•

Sejak kejadian itu, Launa lebih banyak diam. Lebih tepatnya, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dan sekarang adalah hari ke sepuluh ia bungkam. Tak ada air mata, tak ada protesan, ia hanya diam dengan pandangan kosong ke depan.

Alzion juga lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, pria itu memilih untuk menyelesaikan problem perusahaannya lebih dulu. Bukan karena Launa tak utama, Launa tetaplah prioritas baginya. Tapi sekarang Alzion realistis adanya. Tiga anak dalam rahim Launa mau ia beri makan apa, jika perusahaannya tak dapat diselamatkan?

Penikahannya bagai cermin yang memiliki keretakan. Masih bisa difungsikan, namun tak menampilkan bayangan sempurna. Pantulannya pecah, yang hinggap hanyalah bayangan kejahatannya.

Sejak dimana ia mengungkapkan siapa dirinya dihadapan Launa. Alzion menjadi pengecut. Ia sampai kini rasanya takut menghadapi istrinya. Takut mendapat penolakan lagi yang akan membuat mereka semakin retak merenggang. Takut Launa tidak memiliki sedikitpun cinta padanya, dari ia yang mencintai Launa lebih dari dunianya.

Alzion menyadari kesalahannya, karena menyingkirkan Laura begitu saja demi mengambil Launa yang sedari mula adalah tujuannya. Kemarahan dan rasa bersalah menimpanya bersamaan kala itu, penyesalan yang dimana ia justru salah merangkul wanitanya. Jalan yang ia ambil, adalah demi dirinya dan Launa, demi kebahagiaan mereka.

Tapi, siapa yang mau mengerti dirinya? Tidak ada.

"Tuan, mohon jangan dipaksa bekerja. Perusahaan kita sudah sedikitnya membaik, usaha anda tidak sia-sia. Jadi sekarang waktunya anda beristirahat," kata Klazo tak tega melihat ke arah Alzion yang seperti seorang penghamba uang.

Perusahaan cabang Alzion sudah di jual, menutup kemerosotan yang terjadi di perusahaan pusatnya. Alzion dalam sehari bisa terbang ke tiga negara demi menjalin relasi kerjasama, dengan target perusahaan besar dari negara-negara asia.

Kerugian-kerugian sudah 80% tertutupi, karyawan-karyawan yang sempat ia PHK kini sudah dipekerjakan kembali. Namun Alzion tak kunjung mendapat kepuasan, entah ia yang menggilai kesempurnaan atau justru sebenarnya usaha mati-matian yang sekarang dilakukan, adalah bentuk pengalihan pemikirannya yang kacau tentang Launa? Entahlah. Kepala Alzion nyaris pecah memikirkannya.

Matanya melirik singkat ke arah Klazo, lalu kembali memfokuskan dirinya pada layar laptopnya. "Jangan bawel Klazo, lebih baik hubungi klien kita untuk mengingatkan pertemuan. Aku sudah mempelajari semua proposalnya, jadi majukan saja pertemuannya, jangan buang waktu."

Klazo menghembuskan nafas pelan saat pria itu justru tak menggubris ucapannya barusan. Alzion belum tidur sama sekali selama lima hari, ia bahkan terakhir menyentuh makanan tiga hari yang lalu. Kantung mata Alzion yang sedikit menghitam adalah bukti bahwa pria itu bekerja terlalu keras. Klazo yakin, jika otak pria itu bisa bicara, pasti organ pintar itu akan memprotes semalaman.

Klazo menaruh paper bag logo resto Italia itu tepat di hadapan Alzion. Tindakannya itu kontan membuat pria itu menghentikan kegiatannya.

"Makan! Anda tidak mau kan, ketiga anak anda lahir tanpa seorang ayah?" Ucap Klazo sedikit mengancam. Mengingatkan pria itu bahwa ada ketiga anaknya yang perlu ia pikirkan selain dari kegilaannya atas kekayaan.

A Frozen Flower [ Terbit ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora