15

77K 5.7K 520
                                    

Sekuntum bunga yang beku
🥀

• 500 vote for the next chapter •

Launa meremat ujung dresnya, tayangan film yang berputar di depannya nampaknya tak membuat Launa tertarik. Pikiran gadis itu melayang kemana-mana.

Sentuhan Alzion tadi malam masih begitu terasa, bagaimana pria itu menyusuri setiap inci tubuhnya dengan gerakan penuh rayu dan menggairahkan. Nafas pria itu, harum tubuhnya, jari-jarinya, tak lepas dalam ingatan Launa.

Tangan Launa perlahan turun mengelus perutnya yang masih rata itu. Ia berharap, Alzion benar-benar menerima keberadaan bayinya. "Semoga saja, aku berharap begitu," gumam Launa.

"Berharap apa sayang?"

Deg!

Tubuh Launa menegang kaku, ia dibuat meremang detik itu juga. Tangan kekar Alzion dengan begitu tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Hm? Katakan, apa yang kau pikirkan?" Tanya Alzion tepat ditelinga kiri Launa.

Alzion berpindah posisi, kini pria itu tepat berada di samping Launa. Ia usap begitu pelan rahang sang istri, dengan aura dominan yang selalu saja membuat Launa kalah telak. "Answer my question, honey."

Launa membalas tatapan Alzion mencari jawaban atas segala keraguan dalam hatinya dibalik mata pria itu. Namun tak dapat Launa terjemah tatap Alzion, irisnya begitu dalam, Launa kewalahan menerobosnya.

Launa menggeleng sambil menarik senyumnya tipis, ia menangkup tangan Alzion yang setia menjamah wajahnya. "Aku lapar, aku menunggumu pulang untuk makan bersama," ucap Launa mengalihkan pembicaraan.

Alzion masih menatap Launa lekat, ia tahu Launa tengah berusaha merayunya lewat kepatuhan dan kebaikan yang ditunjukan. Semata-mata agar Alzion tidak menggugurkan bayi dalam rahimnya.

Alzion ikut menarik senyum tipis. Baiklah, ia akan ikuti sejauh mana istri cantiknya ini mampu menempatkan dirinya sebagai istri yang baik. "Baiklah. Mari kita makan."

Launa menghembuskan nafas lega saat Alzion tak lagi menuntut jawaban. Ia ikut bangkit dari posisi saat tangannya digenggam erat menuju meja makan.

"Banyak sekali?" Tanya Alzion melihat hidangan yang tersaji di atas meja makan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya. "Kau yang memintanya?" Tanya Alzion melirik ke arah Launa yang tengah membalikan piringnya.

Launa mengangguk sebagai jawaban. Ia menyendokan nasi ke piring Alzion. "Segini cukup?" Tanyanya.

"Cukup," sahut Alzion.

Alzion memperhatikan Launa yang sibuk menaruh beberapa lauk ke dalam piringnya. Entah kenapa, ia merasa senang dan marah secara bersamaan. Senang karena Launanya kini patuh dan sudi melayaninya. Tapi, ia juga marah karena ia tahu bahwa apa yang Launa lakukan sekarang tidak lain agar dirinya tidak berubah pikiran dan tetap mempertahankan bayi dalam kandungannya.

Apakah dimata Launa, dirinya sekejam itu?

"Makan yang banyak. Biar nanti kuat lemburannya," ucap Launa membuat Alzion hampir tersedak saat itu juga. Ia segera mengambil air dalam gelas kaca itu dan menenggaknya rakus. Lalu melirik ke arah Launa yang menampilkan ekspresi bingungnya. "K-kenapa? Apakah aku salah bicara?"

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now