2. Janji Temu

371 21 0
                                    

Sudah 20 menit Naela duduk gelisah di kursi ruang tamu. Dia tidak berhenti menatap pintu yang terbuka lebar walau sesekali bola matanya bergerak mengikuti langkah Bu Anin yang sedang menyiram berbagai macam bunga di halaman depan sembari bersenandung lagu populer tahun 90-an. Wajah Bu Anin juga tampak lebih berseri dari biasanya, kontras sekali dengan wajah Naela yang tertekuk hingga kedua alisnya nyaris menyatu.

Di tengah kegelisahan itu, ponsel Naela berdenting. Hal itu spontan mengembalikan posisi alisnya ke bentuk semula. Alih-alih membuka pesan, ibu jarinya justru menekan icon aplikasi hiburan yang saat ini marak digunakan dan digandrungi banyak orang. Video pertama yang dia temui adalah artis Korea Selatan sedang tersenyum manis menyapa penggemarnya. Naela sempat mengernyit sebab tidak biasanya idol Korea muncul di beranda akun miliknya itu. Hingga dia tersadar siapa manusia terakhir yang dengan seenaknya mengotak-atik isi ponselnya tempo hari lalu. Ingin marah, namun urung saat Naela tidak sengaja mengagumi senyum manis idol pria itu hingga membuat kedua sudut bibirnya terangkat. Karena sedikit penasaran, Naela menekan bagian kolom komentar. Dia ingin tahu bagaimana reaksi dan tanggapan para penggemar saat menyaksikan video yang mendapatkan like lebih dari dua juta itu.

Bola mata Naela bergulir membaca satu persatu kalimat ungkapan kekaguman dari para fans. Bahkan ada yang melontarkan sebuah gombalan. Padahal sudah jelas si idol itu tidak akan tahu apalagi membacanya. Kecuali jika dia diam-diam memiliki akun khusus hanya untuk memeriksa komentar-komentar seperti yang Naela lihat saat ini.

Kedua ibu jari Naela dengan lihai bergantian menggulir layar dari bawah ke atas hanya untuk memuaskan rasa keingintahuannya. Sampai dia menemukan satu kalimat yang membuatnya ingin memeriksa video itu kembali.

'Jaemin lokal banget sih. Wajahnya Bandungable banget. Jadi makin sukaa'

Ungkapan itu berhasil membuat Naela penasaran setengah mati. Tanpa menunggu lama, dia melihat video itu lagi kemudian mencermatinya dengan seksama. Kedua alisnya terangkat bersamaan dengan bola mata yang melebar saat akhirnya dia membenarkan ucapan tertulis yang sebelumnya dia lihat di kolom komentar. Naela sampai geleng-geleng kepala sebab mendapati sesuatu yang tidak pernah terlintas di pikirannya.

"Memangnya bisa orang sana wajahnya melokal begini? Tapi bukankah lebih baik mengira-ngira kalau dia masih keturunan orang sini? Ah kalau ternyata dia asli orang sana, berarti Tuhan sedang menebar bibit lokal di setiap negara." Benak Naela mulai menjelma pasar malam di malam Minggu. Satu video itu secara otomatis terputar berulang-ulang mendukung keramaian dalam kepalanya. Keberadaan Bu Anin di halaman depan serta rasa kesal akibat menunggu adiknya yang tak kunjung pulang seolah menghilang begitu saja. Bahkan kedatangan seorang pemuda yang kini berdiri di ambang pintu dengan tatapan menyelidik pun tidak Naela sadari. Dia sudah seperti seorang pebisnis yang mendapat pesan penting dari klien-nya.

Hingga menit berikutnya Naela tersentak sebab ponsel yang sejak tadi dia pegang erat tiba-tiba direbut paksa. Naela mendongak, alisnya entah mengapa terlihat bergelombang membuat pemuda itu menahan tawa sebelum melihat isi ponsel yang berhasil ia dapatkan tanpa permisi. Pemuda itu ingin memeriksa--video apa yang dilihat Naela, sampai ia tidak sadar kalau pemuda itu datang dan berdiri selama tujuh menit di pintu?

"Anjay ... sejak kapan kamu ketularan Sisil?" Pemuda itu menatap layar ponsel Naela dengan wajah tengil. Dia benar-benar tertawa lepas begitu mendapati ekspresi kesal si gadis yang sudah pasti ditujukan untuknya. Sementara Naela, dia mulai menyiapkan strategi untuk mengambil ponsel miliknya agar pemuda itu tidak memeriksa terlalu jauh. Meski jomblo, Naela juga memiliki privasi dan rahasia-rahasia yang ia simpan dengan baik di benda itu.

Naela memulai dengan menghela napas berulang kali, walau sangat sulit karena pemuda itu terus-terusan menggoda sembari menatapnya usil. "Syam, balikin HP ku!" Dengan posisi yang masih duduk, Naela menjulurkan tangan ke arah Hisyam. Nada bicaranya masih terdengar normal. Naela tidak akan tiba-tiba menaikkan intonasi suaranya sebab dia tahu Hisyam akan semakin menjadi-jadi jika dia benar melakukan itu.

CATATAN PRESMADove le storie prendono vita. Scoprilo ora