20. Pelantikan

137 7 0
                                    

Faradina tersenyum penuh kemenangan begitu kakinya melewati ambang pintu sekretariat BEM. Suara-suara protes akan informasi yang ia berikan barusan, saling bersahutan meriuhkan suasana. Dia meninggalkan pekerjaan besar untuk gadis yang belakangan ini sering mengganggu pikirannya.

Saat sampai di ruang DPM, Fara meluapkan rasa yang sempat tertahan. Dia tertawa renyah sambil membayangkan raut cemas Naela ketika menerima pemberitahuan tentang pelantikan. Berbagai upaya dilakukan Presiden Mahasiswa itu--untuk membujuk Faradina agar pelantikan ditunda. Tapi percuma. Naela membuang tenaganya sia-sia. Semakin ia berusaha, semakin bulat tekad si ketua DPM untuk menjebaknya ke dalam situasi yang memprihatinkan.

Sejak hari dimana Naela menghadiri pertemuan aliansi BEM PTS Surabaya, Fara berusaha keras mencari kabar perihal pelaksanaan kongres. Memanfaatkan banyak koneksi yang dimiliki, ia berhasil mendapatkan informasi yang akan memuluskan tujuannya menjatuhkan seseorang yang ia anggap sebagai lawan.

Mengantongi kepercayaan mutlak dari Wakil Rektor 3, perangai angkuh perempuan itu naik berkali-kali lipat. Bahkan seorang Abibayu Hilman Natawijaya tak lagi mampu menyurutkan kehendak-nya.

Kala menikmati euforia yang tak kunjung mereda, tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar dari luar. Faradina tersentak. Benaknya sempat menebak satu nama sebelum netranya menjawab semuanya.

"INI SEMUA RENCANA KAMU, KAN?" Bayu mendekat. Wajahnya merah padam menahan amarah. "KAMU LAGI-LAGI MEMPERMAINKAN NAELA DALAM URUSAN PELANTIKAN?!"

Faradina bangkit dari duduknya. Perempuan itu mengikis jarak sebab tak ingin nampak terintimidasi oleh bentakan pemuda yang masih menatapnya nyalang. Untuk kali ini, dia tidak akan mengalah lagi.

"Kamu tahu-kamu nggak sopan?!" Fara melipat tangan di depan dada. "Apapun hubungan kita di luar kampus, di sini, di ruang ini, posisiku adalah Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa. Sikap kamu ini sangat tidak layak! Apalagi kamu seorang Wakil Presiden Mahasiswa."

"Kamu bilang sikapku nggak layak?" Bayu menyeringai. Sorot matanya kian tajam menikam pertahanan si lawan bicara. "Kamu sendiri, gimana?"

"Nggak ada yang perlu dikoreksi dari tindakanku. Apa yang aku sampaikan ke BEM, murni titipan dari Warek 3. Jadi singkirkan kecurigaan nggak berdasar kamu itu!"

Suasana menjadi hening. Keduanya saling pandang dengan sorot mata bengis. Semenjak mendengar sebuah rumor yang dapat menjadi senjata ampuh baginya, Fara memutuskan untuk mengubur dalam-dalam keinginan diakui sebagai saudara pemuda itu. Ia lelah dihina dan disudutkan atas sesuatu yang bukan kesalahannya. Fara merasa, sudah waktunya hidup bebas tanpa memikirkan orang-orang yang jelas tak menerima keberadaannya di dunia.

Sedangkan Abibayu, emosinya kian tersulut. Sanggahan yang Faradina lontarkan seolah mendorongnya ke perangkap kebimbangan. Sebetulnya, ia tak terlalu peduli pada kongres yang Naela bicarakan di sekretariat BEM tadi. Apalagi pemuda itu menduga alasan dibalik kecewanya Naela adalah laki-laki yang ia jumpai di depan gerbang tempo hari.

Akan tetapi, muka kusut sang gadis praktis menggiring tungkai si lelaki menerobos masuk ke ruang DPM seperti saat ini. Walau Naela mengatakan dirinya baik-baik saja, raut kecewa tercetak jelas di wajah manis itu. Pun dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam.

Bayu gusar. Andaikata dia kini berada di situasi yang rumit sekalipun, pemuda itu tak ingin terlihat gelisah di hadapan Faradina.

Cukup lama mengunci lisan masing-masing, suara tawa memecah kesunyian. "Fara, Fara .... kamu pikir aku nggak tahu-kamu kayak gimana?!" seru Bayu bertolak pinggang.

Dahi Fara mengernyit. Alih-alih menanggapi cepat ocehan itu, dia memilih menunggu kalimat berikutnya.

"Kamu iri, kan?" Bayu turut memangkas jarak. Ia mencondongkan badan lalu berbisik tepat di telinga Faradina. "Kamu iri karena Naela punya orang-orang yang perhatian ke dia. Sementara kamu, bahkan seorang ayah pun harus merebut milik orang lain dulu. Itu aja nggak bertahan lama. Tragis!"

CATATAN PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang