7. Sebuah Bantuan Dari Hisyam Danuraksa

120 9 0
                                    

Hari ini merupakan hari pertama Naela menyandang kedudukan baru. Walau secara teknis--ia resmi terpilih menjadi Presiden Mahasiswa kemarin, segala sesuatunya dimulai hari ini. Mulai dari struktur keanggotaan, hingga pembahasan pelantikan yang katanya akan dilaksanakan sekitar delapan hari lagi.

Matahari masih meninggi saat gadis itu bergegas dari tempat parkir kampus. Sambil menenteng dua kresek besar berisi puluhan standing pouch dengan keripik tempe buatan ibu didalamnya, Naela berlari kecil menuju kantin.

Pagi buta tadi, Bu Sulastri--salah satu ibu kantin yang dikenal sebagai pembuat lontong balap  ternikmat di wilayah kampus, menghubungi Naela sebab keripik tempe yang biasa Bu Anin titipkan sudah terjual habis. Beruntung gadis itu memiliki agenda pertemuan lain, sehingga sekalian saja ia mengantarnya hari ini.

Di tengah perjalanan, langkah Naela tercekat sebab tak sengaja bersua dengan Abibayu. Cukup lama mereka hanya diam saling memandang, nyaris menyamai sebuah adegan drama asal negeri ginseng. Naela sendiri tak tahu harus mengatakan apa. Kedua tangannya sibuk mempertahankan amanah dari Ibu. Sementara bibirnya mendadak terasa kaku hanya untuk menampakkan sebuah senyum. Yang bisa gadis itu lakukan hanyalah membalas tatapan Bayu.

"Mau kemana?" Tanya Bayu pada akhirnya.

"Ke kantin."

"Ngapain?"

"Nganter ini."

"Itu apa?"

Naela berharap ada angin besar yang mampu menggeser Bayu. Menjauhkan pemuda itu dari jangkauannya. Untuk kali ini saja.

Gadis itu jengah semalaman tidak bisa mengusir bayangan lelaki itu dari benaknya. Dan hari ini semesta malah sesukanya menghadirkan sosok itu dengan tampang yang jauh lebih menawan dari sebelumnya. Naela sungguh mencebik saat menyadari Bayu tampak jauh lebih tampan dengan  balutan jaket denim warna abu-abu. Apalagi saat pemuda itu menatapnya dengan wajah melongo. Mirip bocah menggemaskan.

"Keripik tempe." Gadis itu menghela napas, "Aku buru-buru."

"Aku bantu yaa?" Sahut pemuda itu cepat.

Jelas Naela tertegun. Matanya membelalak bebarengan dengan kedua alisnya yang terangkat. Sekali lagi, Bayu membuat batinnya bertanya-tanya tanpa menemukan jawaban yang pasti.

Tidak cukup sampai disitu, detik berikutnya pemuda itu mengambil dua kresek dari genggaman Naela. Membuat gadis itu kian melebarkan netranya.

"E eh," ucap Naela gagap. Ia berniat merebut lagi, namun urung sebab Bayu melenggang pergi begitu saja.

"Bayu!! Tungguin aku!!" Gadis itu berusaha mengejar, menyebabkan banyak pasang mata menajamkan pandangan pada mereka berdua. Apalagi para gadis yang bergerombol di koridor. Mereka spontan melirik sinis disertai cibiran tak terdengar.

Dengan sedikit terpaksa, Naela membiarkan Bayu mengambil alih barang bawaannya. Toh mau di larang pun ia yakin pemuda itu tak akan menggubrisnya. Hingga mereka sampai di pintu kantin, yang lagi-lagi membuat banyak orang memberi perhatian tidak biasa. Membuat Naela dilanda rasa gugup sesaat. Alih-alih menjauh, gadis itu malah mengikis jarak dengan Bayu. Tanpa ia sadari, perbuatannya menyebabkan sisi lengan mereka menempel. Si lelaki sempat terhenyak sebentar, namun tetap melanjutkan langkah sebab tak ingin Naela merasa canggung.

"Buk Las!" panggil Naela begitu mereka sampai di depan stan Bu Sulastri. "Ini Ayu bawa keripiknya!!"

"Ayu?" Bayu menoleh. Kedua alisnya nyaris saling bertautan.

Menyaksikan itu, bibir Naela menipis. "Namaku kan Naela Ayu Azalia. Biasanya dirumah dipanggil Ayu. Bu Lastri ini temen SMP Ibukku, makanya ikut manggil aku Ayu juga," terangnya diakhiri senyuman ramah.

CATATAN PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang