6. Musyawarah Kurang Sepakat

123 12 0
                                    

Kali pertama dalam hidup, Naela harus mati-matian menahan diri. Susah payah ia berusaha terlihat biasa saja ketika seluruh pasang mata yang ada di ruangan itu tertuju padanya. Tidak ada yang ia kenal dekat. Sebagian dari mereka tidak lebih dari seorang teman biasa yang tak pernah berbagi cerita lebih dalam. Satu-satunya manusia yang gadis itu anggap sebagai teman akrab tengah berada di luar ruangan, menunggunya tanpa alasan yang signifikan.

Sekilas Naela menoleh, hanya untuk menemukan Hisyam sedang mengintipnya lewat jendela. Mata pemuda itu sampai menyipit dengan kedua tangan sebagai tumpuan wajah anehnya. Sejenak, perhatian Naela teralihkan. Gadis itu mengulum bibir dalam-dalam demi mencegah gelak tawa tercetus dari mulutnya. Ia sudah cukup sesak menyaksikan satu per-satu kandidat mengundurkan diri bahkan sebelum dirinya berhasil mengutarakan keinginan. Seolah tak diberi kesempatan untuk menyampaikan, Fara-si ketua DPM, secara gamblang mendesaknya agar mau menjadi Presiden Mahasiswa.

"Jadi gimana, Naela?" Celetuk Fara, berhasil membuyarkan perasaan hangat Naela. Berganti menjadi rasa begah tiada tara. "Empat orang lainnya udah ngundurin diri duluan dengan alasan yang logis."

Semesta, jika saja Naela bisa melepas satu sepatunya untuk menimpuk kepala Fara, maka dengan senang hati akan ia lakukan. Sebagian besar dari mereka menolak maju dengan alibi kesibukan. Padahal Naela sendiri pun memiliki pekerjaan sampingan. Selain menjadi Guru honorer, ia juga punya aktivitas lain sebagai Guru privat. Alih-alih menyudutkan, bukankah sebaiknya semua orang mendengar dulu dasar-dasar keberatan dari gadis itu?

"Em, anu..." sialnya, justru kata aneh yang mampu gadis itu keluarkan. Rasa gugup benar-benar menjalar menguasai logika warasnya. Hingga sudut matanya menangkap seorang pemuda yang duduk santai turut menatapnya. Pemuda yang baru tadi berkenalan pasti dengannya. Yang juga merusak suasana hatinya sesaat sebelum Hisyam datang.

Hembusan napas panjang beradu dengan detak jantung tak berirama. Jari telunjuknya konsisten mengetuk-ngetuk layar ponsel yang tetap gelap. Naela tahu kalau ia harus melontarkan sebuah pernyataan demi memutus atensi banyak orang. Maka dengan setengah keberanian, gadis itu mengalihkan pandangannya. "Kenapa nggak tanya Abibayu dulu?" Benar saja, secepat kilat pandangan semua orang bergeser kepada Abibayu. Meninggalkan Naela yang diam-diam menaikkan satu sudut bibirnya. Gadis itu bisa melihat jelas Abibayu mengerjap beberapa kali sebab menerima perhatian yang luput dari perkiraannya.

"Akan lebih baik jika yang memimpin adalah seorang laki-laki." Naela menambahi. Meski ia yakin perempuan juga bisa, untuk kali ini gadis itu akan mengubur dalam-dalam pendapat itu. "Kalau Abibayu jadi Presma, dengan lapang dada aku mau menerima jabatan sebagai Wapresmanya." Katanya lagi, meyakinkan.

Suasana hening. Beragam reaksi Naela saksikan dari posisinya saat ini. Ia sengaja menggulirkan netra dari bangku ke bangku demi memastikan ekspresi tiap insan setelah mendengar ungkapannya barusan. Kursi yang di atur melingkar sungguh membuatnya leluasa melakukan itu. Dalam hati, tiada hentinya ia bermunajat pada Tuhan--berharap keberpihakan kini jatuh padanya. Mengais sisa-sisa harapan yang ia punya setelah sekian hari dirundung rasa dilema.

Namun, sekali lagi gadis itu harus menelan pahitnya sebuah penolakan akan doa yang ia gaungkan tepat setelah mendapati Fara berbincang pelan dengan Bayu. Walau tak terdengar jelas, raut wajah Fara sudah cukup membuktikan jika ia akan membantah argumen Naela dan membela pendapat Bayu.

10 menit berlalu. Saatnya mengembalikan fokus semua orang pada forum yang sempat mereka lupakan sebab terlalu larut bergulat dengan isi pikiran masing-masing, juga sibuk menyelaraskan argumen dengan teman yang lain.

Dengan debar-debar memuakkan, Naela menanti tanggapan Fara yang mulai melangkah menuju tempat semula. Berdiri di tengah-tengah--layaknya prioritas yang menjadi titik pusat banyak insan di majelis itu. Perempuan itu adalah tokoh utama hari ini. Sayangnya, bagi Naela--Faradina tak lebih dari sekadar pemeran antagonis yang tiba-tiba muncul pada pertengahan episode kemudian mengambil paksa kedamaian dalam hidupnya.

CATATAN PRESMAWhere stories live. Discover now