9. Aura

69 24 4
                                    

Halo semua
makasih udah mau baca sampai sini.
*
Pasti kalian pada penasaran kan sama sosok Aura ini?
*
Oke enjoy..

Masih ditempat yang sama, disebuah danau, terlihat Bara yang sedari tadi mendengar cerita Awan, hanya diam terharu. Bagaimana tidak, hidup Awan begitu memprihatinkan.

"Lo kenapa Bar?, nangis lo?, cengeng amat dah, " Ledek El sambil menepuk punggung Bara.

"Cerita seru dari mana? Lebih banyak sedihnye anjing," sorot Bara sedikit kesal sembari mengusap air mata dikedua kelopak matanya.

"Itu belum seberapa Bar, " jawab Awan.

"Lagian kenapa si lo ga pernah cerita soal ini ke gue?, " sorot Bara lagi.

"Baru inget sekarang, haha, " jawab Awan cengengesan.

"Kira-kira sekarang gimana ya, keadaan bocah kecil itu, pasti sekarang dia udah bisa atlet sih," ucap tebak El.

"Mungkin aja," jawab Awan.

******

Di pantai, angin meniup pelan rambut seorang gadis yang sedang menduduki sebuah kursi Roda. Terlihat gadis itu sedang membaca sebuah buku sembari menikmati pemandangan di depannya.

Namanya.
MAURA ALVIKA QUELLA.

Gadis cantik yang mempunyai keinginan besar menjadi seorang atlet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis cantik yang mempunyai keinginan besar menjadi seorang atlet. Akan tetapi, takdir tak mendukung, kini ia kehilangan impian tersebut, dan mungkin hanya sebatas mimpi.

Hal itu terjadi karena suatu kejadian dimana ia mengalami kecelakaan hebat dengan keluarganya.

Awal dimana kebahagiaan hilang dalam hidupnya, kata ceria kini hilang dalam raganya. Ia hanya termenung, berdiam diri dan sangat tertutup.

Bagaimana tidak. Kejadian itu tak hanya merenggut impiannya, tetapi juga, merenggut ibu, adik dan kakaknya.

****

Ya, itulah hidup, kadang bahagia, kadang sedih, kadang juga hancur. Kejadian itu tak pernah menghilang dari ingatan Aura, jeritan ibu, kakak, adik, papah, ia masih mendengarnya sampai saat ini, Aura juga masih mengingat saat ibu menolong Aura dan mengorbankan nyawanya. Saat itu, Ibu hanya memfokuskan keselamatan putri kesayangannya, dimana ia hanya berusaha mengeluarkan kaki Aura yang terjepit. Agar aku tak terbakar oleh ledakan mobil tersebut.

Dan ya, hanya Aura dan Ayah yang selamat. Tidak punya banyak waktu untuk membuat mereka semua selamat dalam ledakan itu. Ledakan yang benar-benar masih Aura bayangkan.

Setelah berjalannya waktu, Aura bingung harus berbuat apa, impian dan keluarga yang hilang, memutuskan semangat Aura. Dan sampai saat ini ia hanya duduk dan membaca dikursi roda kesayangan.

"Kalo boleh jujur, aku juga kangen banget sama lingkungan sekolah, pengen banget kaya dulu, pergi ke kantin, menikmati hidup dengan penuh candaan. Tapi sekarang, aku sudah mencoba menerima kenyataan dan takdir, serta selalu harus banyak bersyukur," ucapnya begitu haru.

Kadang Aura pengen banget mengeluh, tapi ada papah yang selalu nyemangatin Aura dalam hal apapun, sekarang impian menjadi seorang atlet itu udah gak bisa ia dapatkan, tapi, Aura kini mempunyai impian baru, menjadi seorang penulis terkenal, sampai tulisannya, dibaca oleh seluruh dunia.

Skenario hidup yang mengesankan, mungkin tak hanya Awan yang mengalami takdir yang sulit, ternyata hal itu juga dialami oleh Aura.

"raa, sudah sore, ayo pulang, " saut papah Aura.

"Iya pahh, " jawabnya.

******

Dirumah, Aura disambut hangat oleh neneknya. Yang mungkin umurnya sudah sekitar 60 tahun.
"Kenapa jam segini baru pulang, udah ayo masuk nak, " sambut sang nenek.
Seraya membantu mendorong kursi roda Aura.

"Makasih nek," ucapnya tersenyum terimakasih.

"Iya, tunggu sebentar ya nak, nenek buatin wedang dulu,"

"Ohh iya nek,"

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya sang nenek kembali sembari berjalan santai membawa teh dan makanan dinampan.

"Kamu ini loh, makin gede makin mirip ibumu, makin cantik, " puji sang nenek. menaruh beberapa makanan dan 2 buah cangkir teh dimeja.

"Ya namanya juga anaknya, ya pasti mirip atuh bu, " balas papah Aura.

"Kalian berdua mau berapa lama tinggal disini?," tanya nenek.

"Mungkin 3 bulan, buk,"

"Cepet banget loh, kenapa gak satu tahun aja,"

"Saya juga banyak pekerjaan disana buk, gak mungkin saya tinggalkan begitu saja,"

"Yaudah toh, mending Aura aja yang tinggal disni temenin nenek,"

"Jangan atuh bu, nanti takut ngrepotin,"

"Ngrepotin apanya, nenek malah seneng ada temen disini, "

"Lagian Aura bisa nglakuin apapun sendiri kok pah," ucap Aura.

"Hmm, yauda deh kalo itu mau kamu,  papah izinin tapi sering-sering pulang ya, yaudah papah tinggal dulu sebentar, clayent papah udah nelpon, " jawab Papah memberi izin.

*****

Mungkin sedikit dulu ya dipart ini, maaf kalo banyak yang kurang.
See you next part.

Awan Untuk Langit  [ SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now