16. Great little boy

49 14 5
                                    

Halooo
Apa kabar semua?
Makasih sudah mau baca sejauh ini
_
_

Part ini akan sepenuhnya mengandung Flash back!!!
_

Enjoyyyy!!!

Dirumah Sakit, Arya dengan mang Kolil berlari pelan dikordior menuju kamar kakaknya, Paula

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dirumah Sakit, Arya dengan mang Kolil berlari pelan dikordior menuju kamar kakaknya, Paula. wajahnya panik, terlihat setetes keringat menetes di-kening Arya.

"Disini pak," tunjuk mang Kolil.

Mata dan mulut Arya melebar, ia hanya membeku, tangannya pun bergetar saat melihat tubuh kakaknya sudah tertutup selimut. Perlahan ia menghampiri sang kakak dan membuka pelan selimutnya.

"Kaa..kaak..," tangisnya.

Tangisan kecil terdengar dari kamar itu, tangisan seorang adik yang begitu kehilangan dan menyayangi sang kakak.

Setelah beberapa saat berduka, mang Kolil mengingatkan kembali kondisi Awan kepada Arya. "Pak, dek Awan sudah sadar," ucap mang Kolil seraya menepuk ragu pundak Arya.

Arya menoleh setengah kearah mang Kolil yang tepat dibelakangnya. Ia tak menjawab satu kata pun seolah tak ada respect sama sekali.

"Pak," panggilnya pelan.

Kini Arya pun seperti terpaksa menjawab ucapan mang Kolil. "Dimana dia,?" Tanyanya.

"Di-disitu pak," jawab mang Kolil terbata-bata menunjukkan kamar sebelah.

Arya menghela nafas berat, mengangguk. "Ayo," ajaknya. Menuju kamar Awan.

Pintu kamar rumah sakit perlahan terbuka, terlihat wajah Awan yang pucat itu begitu sumringah saat melihat keberadaan pamannya. "Paman," serunya.

Arya menghampiri kasur Awan dengan ke-terdiaman, tak menjawab perkataan apapun. kemudian, "lemah," bisiknya.

Awan spotan terdiam, senyum manis yang pucat, kini mulai menurun, mata lebarnya pun ikut berkedip ketakutan dengan kepala yang menunduk.

"I-ibu mana,?" Tanya Awan melas, melirik kearah mang Kolil.

Tangan Arya mengepal erat, rangnya mengeras dan bergetar, matanya pun mencoba untuk membendung air. "I-ibumu sudah me-meninggal," tekan Arya.

Awan melongo, tatapannya kosong, bocah berumur 5 tahun itu, seperti menahan sesuatu. Pupil matanya membesar dan mulai meneteskan air, serta mulut yang begetar.

Awan Untuk Langit  [ SUDAH TERBIT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora