Chapter 12 ; Penyesalan dan Minta maaf

118 29 4
                                    






Merasa bersalah karena sering menolak ajakan bundanya, kali ini Kiandra menyetujui untuk ikut dalam sebuah pemotretan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa bersalah karena sering menolak ajakan bundanya, kali ini Kiandra menyetujui untuk ikut dalam sebuah pemotretan. Ia terpaksa menggantikan seorang model yang harus berpose di depan kamera serta dipasangkan dengan Hilman. Sesungguhnya ia masih merasa tidak nyaman harus bertemu dengan lelaki itu lagi setelah kejadian beberapa waktu lalu. Namun, ia juga tidak ingin menjadi anak durhaka karena terus menerus menolak permintaan dari bundanya.

Ia berangkat pukul 2 siang setelah salah seorang staff—yang bekerja di studio milik bundanya mengirim pesan kepadanya. Tama yang kebetulan baru saja pulang dari sekolah, terpaksa putar balik demi mengantarnya ke studio yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Ia sengaja berangkat secara terpisah dengan bundanya karena mau bagaimanapun bundanya harus siap disana sebelum jam pemotretan dilangsungkan.

Kehadiran Kiandra yang jarang sekali terlihat, membuat satu studio foto heboh dibuatnya. Sosok putri sulung dari Tuan Ludwig ini memang sering menjadi topik perbincangan hangat di lingkungan studio. Sayang sekali, berapapun kali Kiandra mendapatkan bujukan—gadis itu tidak pernah berkeinginan untuk bergabung dan menjadi model.

Hal ini membuat bundanya, merasa sangat jengah untuk membujuk sang putri sulung. Dirinya hanya mampu menghormati segala keputusan putrinya yang menentukan jalannya sendiri lewat karir yang dipilih. Bukan memaksanya untuk menjadi model dan menuruti keinginannya selama ini.

"Anak kamu cantik banget. Di foto sama aslinya beda banget. Lebih cantik kalau dilihat secara langsung. Udah punya pacar belum dia?" tanya seorang wanita yang sangat ini tengah sibuk menata peralatan make up hendak dibawa ke ruang rias.

"Nggak tau, dia kalo ditanya masalah percintaan menghindar terus. Tapi sebagai bundanya, aku tentu tidak kehabisan ide!" sahut Sonia.

"Maksudmu?"

"Tuh, aku sengaja deketin Hilman sama Kiandra. Cocok nggak?"

Wanita tadi menoleh ke arah yang dimaksud oleh Sonia untuk melihat Kiandra yang sudah selesai memakai make up dan mengganti pakaian dan kini tengah berpose di depan kamera bersama dengan rekannya, Hilman.

"Kamu lupa ya, Wulan juga punya kakak. Kenapa nggak kamu jodohin aja Kiandra sama anakku?"

"Oh sama Wira maksudnya? Kalau Kiandra nya mau sih ya gapapa. Masalahnya, sama Hilman aja masih keliatan ragu anakku satu itu." Sonia menggelengkan kepalanya, mendenguskan napasnya kesal.

Selesai dengan beberapa jepretan, Kiandra harus kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian lagi. Sebelum itu, ia berjalan menghampiri bundanya yang tengah berbincang dengan Tante Jesy—mamanya Wulan—di dekat pintu masuk ruang ganti.

"Tante Jes?" sapanya ramah, Jesy pun dengan sumringahnya menyapa Kiandra yang jarang sekali ia temui ini.

"Halo sayang, apa kabar?"

DEAR YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang