Chapter 14 ; Takut

112 22 7
                                    







Agak ngebut update
Ngabisin draft biar cepet selesai






















Vote komen jangan lupa~






Vote komen jangan lupa~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Beberapa hari yang lalu ...

Pak Dimas mengumandangkan kalimat sapaan kepada dua orang manusia dewasa seumurannya yang tengah berdiri menyambut kehadirannya dan sang putra. Mereka adalah kedua orang tua Marsha sekaligus calon besan dari Pak Dimas sendiri. Dengan hangat kedua orang tua Marsha menyambut dan memeluk Arjuno-yang dalam hitungan minggu akan menjadi bagian dari keluarga mereka.

Setelah melepas pelukan, Arjuno memandang kesana kemari-seperti tengah mencari sesuatu. Gerak geriknya mendapat sahutan dari Pak Iwan-ayah Marsha-yang sepertinya memahami apa yang tengah dicari Arjuno di dalam rumahnya. Absennya sang putri dalam pertemuan kali ini, tentu sedikit membuat Pak Iwan merasa kecewa sekaligus malu. Marhsa selalu beralasan sibuk dan tidak pernah berniat untuk menemui calon suaminya dan juga calon mertuanya. Tentu sebagai orang tua, Pak Dimas merasa tidak enak hati.

"Kamu cari Marsha ya?" tanya Pak Iwan, Arjuno menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Dia sedang ada urusan di kantornya, papah nggak tau dia pulang jam berapa,"

Terdengar helaan napas, tetapi bukan Arjuno pelakunya, melainkan Pak Dimas. Sedangkan Bu Farah-ibu dari Marsha-terpaksa melontarkan senyum terpaksa. Berharap agar calon besannya maklum, namun sepertinya Pak Dimas tidak terlihat dapat mentolerir perbuatan putrinya.

"Saya mohon maaf sebelumnya pak Iwan, tapi mau sampai kapan Marsha berbuat seperti ini? Apakah bapak bisa menjamin dia bisa terlepas dari pacarnya itu dan menikah dengan anak saya?" Pak Dimas berujar serius sedangkan Pak Iwan tampak menelan ludahnya dengan susah payah.

"Saya minta maaf sebelumnya, Pak Dimas. Nanti saya akan coba berbicara dengan putri saya lagi. Saya pastikan dia akan segera meninggalkan pacarnya dan menikah dengan Arjuno," balas Pak Iwan kemudian diangguki setuju oleh Bu Farah.

Pak Dimas melirik Arjuno yang nampak terdiam mendengar penuturan dari Pak Iwan dan Bu Farah. Tanpa perlu mendengar jawaban dari putranya tersebut, Pak Dimas dapat memahami isi hati putranya tersebut.

Sorot mata lelaki bermarga Adzami tersebut berubah muram. Seperti ada yang hancur di dalam dirinya, namun ia tak sampai hati untuk melontar maksud. Takut jika kekalutannya justru membawa malapetaka bagi keluarganya berikut rasa malu yang akan dibopong pulang oleh bapaknya nanti. Rasanya Arjuno tidak sanggup walaupun hatinya bergejolak ingin bersumpah serapah.

DEAR YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang