Sebelas

68.3K 4.9K 63
                                    


Hingga pukul 1 dini hari, Zayna masih setia menunggu kepulangan sang suami, beberapa pelayan menawarkan untuk menemani namun Zayna tolak, dia duduk diruang tamu, dia juga menelfon berkali kali nomer suaminya namun tidak aktif

Hingga setengah jam setelahnya Zayna mendengar suara mobil itu namun hatinya kembali tercubit melihat sang suami pulang dengan keadaan mabok dan dipapah oleh Zea

"Ya Allah Ayah" ucap Zayna langsung memeluk Agrata

"Buka pintunya bodoh" ucap Agrata meminta dibukakan pintu kamarnya namun Zayna menolak, ia tak mau Zea ikut masuk

"Arrghh lama, ke kamar sebelah saja" ucap Agrata lalu masuk ke kamar tamu bersama Zea

Zayna hampir menyusul namun langsung dikunci oleh Zea

Zayna langsung lari kekamarnya dan menangis diatas kasurnya, sungguh ia jijik pada dirinya sendiri, ia malu dengan Allah karna gagal menjadi istri yg baik untuk suaminya

"Ya Allah maafin hamba, ya Robb" ucap Zayna berusaha meredam tangisnya hingga adzan subuh berkumandang Zayna langsung sholat dan menangis di sujud terakhir sholatnya

><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

"Arrghhh Bangsaat apa yang kamu lakukan disini" ucap Agrata setelah bangun dan melihat Zea tak berpakaian begitu juga dirinya

"Loh sayang kan kamu yang memintanya semalam, kenapa ? Kurang sayang ? Sini lagi"

"Bangsaat pergi kamu dari sini !" Ucap Agrata langsung memakai pakaiannya dan lari ke kamarnya

Ia menekan pin kamarnya dan terlihat Zayna sedang sholat Dhuha, ia melihat Zayna menangis di sujud terakhirnya, sangat lama Zayna sujud hingga Agrata memilih untuk mandi terlebih dahulu

Diluar terjadi keributan karna Zea diseret keluar oleh satpam dirumah Agrata, Ameera pun menangis kencang saat Zea berusaha menggendongnya

Zayna menyelesaikkan sholatnya, dia membaca doa Shokat Dhuha lalu merapikan sajadahnya.

Terlihat Agrata baru selesai mandi, lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos putih dan celana pendek.

Air mata Zayna turun ketika melihat bekas merah dileher suaminya

"Na maafin saya Na, Saya mohon Na" ucap Agrata sembari bersimpuh di depan Zayna yg masih mengenakan mukenahnya

Zayna memalingkan wajahnya sungguh ia merasa malu, suaminya mencari kepuasan dengan wanita lain

"Na"

"Jatuhkan talak buat aku yah"

"Gak, Gak akan terjadi Itu Zayna" ucap Agrata tegas

Lelaki itu berdiri dan langsung memeluk Zayna, sementara Zayna berusaha menolak, ia jijik pada suaminya, membayangkan yg semalam suaminya lakukan dengan Zea

"Hiksss lepas yah, lepasiiin" ucap Zayna

"Saya mohon jangan tinggalin saya Na, hanya kamu istri saya sekarang Na, saya mohon Na"

"Lepasin yah" ucap Zayna dan berhasil membuat Agrata melepas pelukannya

Agrata hendak mencium Zayna namun langsung didorong oleh Zayna, sungguh sakit melihat tanda yg ternyata bukan hanya satu namun banyak apalagi yg ada di dada Agrata

Terdengar sebuah ketukan diluar, Zayna langsung menaikkan Rok mukenahnya dan berjalan menuju pintu

"Kenapa sus ?" Tanya Zayna

"Maaf nyonya ini non Ameera nangis mintanya masuk ke kamar nyonya terus"

"Gapapa, sini sama Bunda"

Ameera langsung menyambut uluran tangan Zayna, banyak pelayan yg menatap iba pada nyonya mudanya itu

Wajahnya begitu pucat, matanya sembab, hidungnya memerah dan suaranya yang parau

Zayna membawa Ameera kedalam kamarnya, dia duduk dishofa kamar sementara Agrata ada dibalkon

"Anak Bunda kenapa nangis sayang ?"

"Bubu, au bubu"

"Iya ini bunda sayang, mau sama bunda yah" ucap Zayna lalu memeluk erat Ameera sesekali menciumnya

Agrata masuk kedalam kamarnya dan melihat sang putri tengah memeluk Zayna, sunggub dia merasa semakin bersalah.

Zayna yang begitu tulus menerima putrinya diusianya yg sangat muda, namun dirinya sia siakan

"Anak Bunda sudah makan belum ?"

"Dah bu"

"Alhamdulillah, kalau sudah"

"Bubu aem"

"Iyah nanti bunda makan yah"

Agrata mendekati keduanya dan duduk disamping Zayna

"Putri ayah kenapa nangis sayang ?"

"Ate kakal"

"Ate siapa"

"Dak au"

Zayna menduga yg dimaksud Ameera adalah Zea karna wanita itu dari kemarin ingin sekali membawa Ameera

"Kita jalan jalan yuk" ajak Agrata yang langsung dibalas gelengan oleh Ameera

Syukurlah anak ini bisa diajak kompromi

Zayna menatap lekat wajah Ameera, dia cium pipi gembul itu, lalu merapikan poninya

"Anak cantiknya Bunda" ucap Zayna sembari mencium pipi Ameera namun setetes air matanya jatuh

"Bubu angis ?"

Agrata langsung membawa Zayna kepelukannya, sungguh ini diluar kesadarannya

"Jangan tinggalkan saya Na, apapun yg terjadi"

Zayna tak menjawab, ia menenggelampan wahanya di badan Ameera

"Yayah bubu angis"

Agrata melepas pelukannya lalu mengelus kepala Zayna yg masih sesenggukkan

"Dicium dong bundanya biar gak nangis sayang"

"Bubu muah"

Agrata langsung mengambil Ameera dan membawanya keluar, memberikannya pada susternya

Sementara Zayna mengambil bantal shofa, menaruh dipahanya dan menenggelamkan kepalanya disana, ia berusaha meredam tangisnya.

Agrata masuk lagi kedalam kamarnya membawa sarapan untuknya dan Zayna, kata pelayan Zayna belum makan sedari pagi

"Na, Makan dulu Na" ucap Agrata mengelus kepala lalu punggung Zayna yg masuh bergetar

"Sakit yah, sakit, Ayah mencari kepuasan diluar sana, sementara aku disini khawatir sama ayah" ucap Zayna dalam tangisnya

"Maafin saya Na, saya khilaf, fikiran saya kacau semalam, saya takut kamu berpaling pada lelaki itu" ucap Agrata menarik Zayna kepelukannya

Untuk pertama kalinya Zayna mendengar seorang Ariadz Agrata Hisyam terisak sembari memeluknya.

ZaTaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang