Dua Puluh Satu

55.9K 3.7K 82
                                    

Hingga jam makan siang tiba, ruangan itu masih dalam kondisi sunyi, keduanya sama sama sibuk dengan ponselnya

Agrata sibuk membalas email dan WA beberapa client yang harus ia handle, sementara Zayna sibuk dengan instagramnya

Makan siang Zayna datang sementara makan siang Agrata belum datang, lelaki itu memesan makanan secara Gofood, ia tak ingin meninggalkan sang istri walau semenit, ia takut kejadian itu terulang kembali

"Makan yah bun, Ayah suapin" ucap Agrata dibalas gelengan Zayna

Zayna mengambil alih makanan itu ditaruh dimeja khusus makanan rumah sakit lalu memakannya sendiri. Tak lama makanan Agrata datang, lelaki itupun memakan makanannya sendiri masih dengan tempat duduk yang sama

Zayna tak tau sampai kapan ini semua akan bertahan, ia butuh sandaran, ia butuh tempat mencurahkan masalahnya, ia rindu mamahnya, ia rindu menjadi putri kecil abinya

Hingga dalam menyantap makanan Zayna meneteskan air mata, entah apa yang ia tangisi, ia hanya ingin semua berakhir jika memang dengan kematian maka tak apa. Ia ingin kembali ke pelukan mamahnya

Agrata menaruh makanannya di meja, dia berdiri dan merarik sang istri yang tengah menangis kepelukannya

Tangis Zayna bertembah kencang dipelukan sang suami, sesekali ia memukul ringan badan suaminya

"Sakit yah sakit" ungkap Zayna setelah sekian lama dia diam

Agrata tak menjawab, dia memilih diam membiarkan Zayna mengungkapkan isi hatinya. Dia hanya memeluk memberikan ketenangan sembari sesekali melabuhkan kecupan dikepala sang istri yang dibalut hijabnya.

Setelah tangis Zayna reda, Agrata duduk diatas Brankar menghadap Zayna. Ia usap air mata yang masih mengalir di pipi istrinya itu. Diciumnya lembut kening Zayna hingga tak bisa ia tahan air mata lelaki itupun lolos begitu saja

"Maaf, mungkin gak bisa kalimat ayah tadi menyembuhkan lukamu, tapi itu benar benar diluar kendali ayah bun, ayah takut kamu berpaling, ayah takut kamu lebih memilih dia dari pada ayah, ayah takut kamu pergi bun" ucap Agrata sembari mengelus pipi Zayna

"Terus kalau ayah yang pergi sama dia, aku harus bolehin ? Harus aku bebasin ? Aku harus diam ?" Ujar Zayna

Agrata menggeleng "Ayah diberi obat perangsang bun, ayah bahkan lupa jika ada janji dengan bunda di restoran, semua diluar kendali ayah bun, ayah berusaha menjauhinya bahkan ayah menyusuh semua orang untuk melarang dia datang, tapi dia punya banyak cara untuk masuk kerumah kita"

Zayna memalingkan wajahnya, Nafasnya begitu berat ia keluarkan, dadanya sesak saat tau sang suami berbuat 2 kali dengan mantan istrinya

Air matanya kembali mengalir mengingat sang buah hati yang menjadi korbannya.

"Bun" panggil Agrata sembari menggenggam kedua tangan Zayna

"Gak bisa yah, sakit yah" ucap Zayna

Agrata kembali memeluk erat wanitanya, ia tau bagaimana sakitnya Zayna karna diapun pernah merasakan bagaimana memergoki Zea dulu bercinta dengan orang lain.

><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

Zayna tertidur dalam pelukan Agrata karna kelelahan menangis, dan hingga sekarang wanita itu masih terlelap meskipun beberapa kali mengigau memanggil nama mamahnya dan Agrata

Agrata pun tetap ada disamping Zayna, dia hanya sekali pergi sebentar tadi ke kamar mandi dan memanggil perawat karna infus Zayna sudah habis

Handphone Agrata berdering sebuah panggilan Vidio masuk dari nomor Susternya Ameera

"Kenapa sus ?"

"Non Ameera nyariin nyonya terus tuan"

"Bundanya lagi tidur, nanti telfon satu jam lagi"

Saat hendak dimatikan, Ameera menangis kencang sembari memanggil bundanya

"Nanti yah sayang, Bunda lagi tidur" ucap Agrata saat hp sang suster ada ditangan Ameera

"Bu bu yah"

"Iya nanti kalau Bunda bangun telfon lagi yah"

"Dak, Bu bu"

Entah ikatan bathin ibu dan Anak atau bagaimana, Zayna merejapkan matanya, senyumnya mengembang mendengar ocehan putrinya

"Nah ini Bunda bangun" ucap Agrata membantu Zayna duduk lalu memberikan Hpnya pada Zayna

"Sayangnya Bunda"

"Bu Bu mana ?"

"Bunda lagi istirahat dulu, Anak cantik yang nurut yah sama suster"

"Kut bubu"

"Iya nanti ikut kalau Bunda udah sehat yah, Sayangnya Bunda udah makan belum ?"

"Dah, mam ocis"

"Wah hebat mam sosis"

Agrata tersenyum melihat interaksi Zayna dengan Ameera, wanita itu bahkan tak sedikitpun menampilkan kesedihannya didepan putrinya, Zayna memang sudah ditakdirkan menjadi ibu sambung Ameera.

"Bu bu, Meya tuk"

"Ameera ngantuk ya udah bobo dulu gih, jangan lupa cuci kaki yah sayang"

"Dah Bubu Muah"

"Dah sayang"

Zayna memencet tombol merah pada layar hp itu, hatinya terketuk jika nanti dia mrmilih jalan pisah dengan Agrata, Ameera akan kecewa untuk kedua kalinya. Ameera akan menjadi korbannya juga.

Dirinya sama dengan Ameera dulu, ditinggalkan ibu kandungnya, bedanya ibunya meninggal bukan bercerai.

Ia menatap layar hp Agrata yang terpampang fotonya dan Ameera saat di halaman belakang, senyumnya tercipta membayangkan saat saat bersama sang putri.

"Ayah butuh kamu, begitupun Ameera, jangan tinggalkan kami yah Bun" ucap Agrata







"Ayah butuh kamu, begitupun Ameera, jangan tinggalkan kami yah Bun" ucap Agrata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZaTaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang