rumit

1.5K 278 66
                                    

⚠️cerita ini jujur aja menguras emosi mau sedih mau marah weh lah intinya kitu, boleh di skip kalau ingin.











"Dia gak sehat secara mental"


Juna angkat bicara buat suasana yang hening tambah hening tapi gak lama suara tawa Juan terdengar memenuhi seluruh ruangan disusul dengan ucapan lirih yang lain.


"Gak lucu anj!"


"Bang serius jangan bercanda"


Juna menatap mereka datar. "Serius"


"Raditya Fajri atau yang kalian kenal Fajar itu gak sehat secara mental sejak smp"


"Seberapa kenal kalian sama Adit? Seberapa tau kalian sama dia? Udah berapa lama tinggal bareng dia sampai gak tau kalau dia selalu minum obat anti depresi? Orang tua sekarang yang kalian kena,l apa kalian tau kalau mereka bukan orang tua kandung Adit?  Jawab goblok! Radit terlalu jadiin kalian rumah sampai aing muak!"


"Kamu tau seberapa banyak tentang Fajar?!"



Juna know Fajar very well..



Pertanyaan itu benar benar membuatnya ingin tertawa, kenapa Adit jadikan mereka rumah padahal mereka gak tau apa apa tentang dia?
Juna mulai menceritakan apa yang dia tau tentang Fajar, apa yang Fajar suka dan gak suka, gimana masa lalu Fajar, apa trauma Fajar, alasan kenapa dia selalu takut sama orang mabok, hubungan orang tuanya.


"Adit pernah kehujanan cuma buat ngelindungin kucing waktu umur dia 8 tahun. Jaket dia basah yang nunjukin seberapa banyak luka yang dia dapat, Adit selalu bilang kalau itu cuma karena jatuh dari pohon atau tangga tapi luka itu bukan luka yang di dapat dari sehari dua hari tapi udah lama."


"Adit cuma hidup berdua bareng ayahnya itupun hubungan mereka gak baik, setiap pulang sekolah dia selalu ngumpet di dalam kamar cuma buat ngehindarin ayahnya yang mabuk, kalau ayahnya liat Adit, di saat itu pula adit bakalan kena pukul entah itu pakai sabuk atau tangan, hanya karena ayahnya gak terima Adit masih hidup sedangkan istrinya meninggal. Sejak istrinya meninggal dia selalu nyalahin Adit seolah Adit yang bunuh ibu nya sendiri. Tiap hari di cerca mati matian bahkan waktu Adit bilang pengen mati, ayah biadab itu nyuruh dia buat gak mati dengan mudah. Banyaknya luka gores di punggung Adit karena tubuhnya pernah dipake buat ngelindungin anak kucing yang dia selamatin."


"Gak ada yang tulus sayang sama adit di keluarga ayahnya, semua memperlakukan Adit seolah anak itu gak pernah ada, Sekalipun ada yang sadar mereka menatap dengan tatapan hina secara terang terangan. Semua berjalan diluar kehendak dia, mau dia nangis, mau dia teriak, gak akan ada yang peduli karena yang keluarga itu tau kalau dia cuma pembunuh. Selalu di tuntut, di tekan, di paksa dan gak ada yang memperlakukan dia selayaknya seorang anak"


"Anehnya para tetangga gak ada yang tau tentang itu seolah rumahnya kedap suara. Dengan kondisi kaya gitu motivasi dia buat terus hidup ya sekolah. Tapi SMP merubah pemikiran itu."


"Dia smp dia korban bullying Sekaligus gak ada yang nemenin dia. Reno ini udah kaya pentolan di sana yang selalu malakin anak orang dan kalau gak ngasih pasti bakalan di pukul habis habisan bahkan pernah dikurung di gudang sekolah.  Semua orang takut sama Reno, makanya selalu ngehindar tiap ada dia, tapi Reno seolah nemu mainan baru lewat Adit. Tangan adit pernah dijadiin asbak sama monyet itu terus badanya pernah sakit semua karena  dijadiin samsak. Dan itu cuma karena Adit gak ngasih dia uang. Karena itu Adit jadi pendiam berbeda sama Adit yang kembaran aing kenal, sejak saat itu juga gak ada yang berani main sama Adit bahkan guru guru seolah tuli sama buta kalau liat Adit di bully karena mereka juga takut sama Reno karena bokapnya pemilik itu sekolah."


"Baik itu Reno atau ayahnya Adit, mereka selalu panggil dia dengan nama Fajri.".



"Adit pernah bilang 'Jun, Adit pernah mikir buat mati, bukan sekali tapi berulang kali. Kalau Adit mati pasti gak akan ada yang ngerasa kehilangan bahkan ada yang nangis itu mustahil banget. Setidaknya mereka bakalan seneng karena pembunuh ini mati'"



"Saat kondisi dia makin gak stabil, saat kondisi Adit makin gak terkendali, ada orang baik yang bawa dia ke psikiater. Adit diagnosa gangguan depresi mayor, dam gangguan stress pasca trauma yang mengharuskan dia buat terus terusan minum obat cuma buat tetap ngejaga kewarasannya, walau dia tau kalau gangguan itu gak bisa disembuhkan."



"Setelah beberapa tahun kondisinya mulai stabil dan selama itu juga dia dirawat sama orang tua itu yang kalian tau kalau sekarang mereka orang tua Adit. Gak ada yang tau gimana kabar ayahnya bahkan keluarganya dulu. Meski kondisinya udah stabil, nyatanya Adit harus pergi ke psikiater meski akhirnya dia mulai berhenti pergi ke psikiater bahkan terapi semenjak dia ngekos."



"Terkadang ada saat dimana kondisinya kembali kaya dulu. Kalau dia mulai ngelamun, tolong tegur dia. Kalau dia gak mau bicara, jangan ajak bicara. Kalau dia gak mau tidur, tolong temenin dia gadang, begitu pula kalau dia mau tidur, biarin dia tidur. Disaat orang lain bisa bebas nyeritain masalahnya, dia bakalan selalu jadi pendengar. Dia bukan orang yang bisa gamblang nyeritain masalahnya karena baginya masalah itu bukan hal yang bisa dibagi bagi ke orang lain. Orang lain cukup tau dia bahagia selebihnya dia pendam. Karena dia gak suka kalau ada orang yang intip masa lalunya."



"Tingkah Adit sekarang adalah refleksi dari Adit yang dulu. Dulu dia disakitin sekarang dia gak mau nyakitin, Dulu dia gak di denger sekarang dia yang selalu mendengarkan. jangan tatap dia pakai tatapan kasihan apalagi mulai berinteraksi gak kaya biasanya, karena dia gak akan suka.  Jangan ungkit masalah luka di punggung itu seolah olah kalian gak tau dan lupain cerita ini seolah kalian gak pernah denger tentang ini. Adit cuma pengen bahagia pakai caranya sendiri. Orang lain suka lupa kalau Adit juga manusia sampai mereka bisa ngelakuin apapun sesuka hati gak peduli gimana perasaan Adit."



"Adit sudah cukup terluka lebih dari yang dia kira, sudah cukup lama berjuang sampai hari ini. Adit masih hidup sampai sekarang saja sudah bersyukur. Tentang Adit yang pingsan ini jangan sampai ini bocor ke orang tuanya Adit, itupun kalau kalian masih pengen bareng Adit."



Kesaksian Juna buat anak kosan mikir sekaligus  bener bener nampar mereka, nyatanya mau sedekat apapun mereka, gak ada yang tau apapun tentang Fajar.


TBC

Butuh sudut pandang langsung dari Fajar gak si?

KOSAN BABEH Where stories live. Discover now