BONUS #7

900 128 30
                                    

Siapa yang setuju kalau tingkat galau di malam hari itu sangat amat jehshekwk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Layaknya rumah sakit pada umumnya, bau obat tercium dari segala penjuru, dinding rumah sakit lebih sering mendengar doa dan isak tangis.

Rumah sakit selalu menjadi tempat perpisahan yang paling ditakuti.  Bagaimana jika harapan yang semula datang perlahan sirna? Bagaimana jika dokter angkat tangan atas sebuah penyakit? Dari semua hal, ketakutan nomor satu adalah mendapat kabar bahwa orang yang kamu sayangi sudah pergi tanpa salam perpisahan.

Tanpa bisa kamu lihat wajahnya untuk terakhir kali.

Tanpa bisa kamu dampingi untuk terakhir kalinya.

Raka berlari tergompoh-gompoh memasuki area rumah sakit. Pikiran buruk terus memasuki pikirannya membuatnya seperti orang gila yang sedang dikejar waktu. Berteriak dan memaki pada orang yang terus menghalangi jalan hingga menimbulkan keributan, dan nyaris di usir oleh satpam jika tidak bertemu dengan Nathan di luar.

Raka terus bergumam nama Yudha, ucapan Nathan bahkan tidak di gubris sama sekali membuat pemuda itu ikut terdiam.

Lorong rumah sakit terasa lebih panjang dari biasanya.

Lampu rumah sakit juga terkesan lebih cerah atau itu yang Raka pikirkan.

Ketika Raka berbelok, matanya langsung di sambut oleh pemandangan anak kos sedang terduduk diam didekat pintu ruangan. Jendela besar menjadi satu-satunya fokus Raka. Di dalam sana ada orang yang Raka sayang. Satu-satunya keluarga yang Raka punya. Satu-satunya alasan Raka untuk hidup.

Tertidur dengan damai dengan selang yang berada di tubuhnya.

Mungkin selang itu yang menjadi tumpuannya untuk hidup.

Pintu ruangan terbuka membuat Raka menolehkan kepalanya pada orang yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Mereka berdua seketika terdiam dengan Zaki yang termundur memberinya kode untuk masuk ke dalam. Mereka berdua sama-sama tidak ingin berkelahi. Tidak untuk sekarang.

Ketika Raka masuk ke dalam dan duduk di sebelah Yudha, hal pertama yang Raka lakukan adalah menggengam lengan saudaranya. Memastikan bahwa Yudha masih hidup. Memastikan bahwa kakaknya hanya tertidur dengan lelap, bukan pergi untuk selamanya.  Semua kecemasan terasa menguap begitu saja hingga tanpa sadar air mata jatuh di pelupuk matanya.

Bersyukur karena kakaknya masih hidup. Bersyukur karena dirinya tidak terlambat.

Raka mengusap air matanya dengan cepat, merapihkan poni kakaknya yang sudah panjang hingga menyentuh mata.

Memberikan semua doa agar kakaknya cepat sadar dan memanggil namanya seperti sedia kala. Raka tidak ingin bertanya kenapa kakaknya melakukan hal tersebut, kenapa kakaknya berniat meninggalkannya sendirian di dunia yang seperti ini.

KOSAN BABEH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang