08. Sebelum Nomor Enam

125 132 0
                                    

Tujuh hari yang lalu...

Tidak ada yang tau tentang perasaan Bumi yang mulai menerima Mentari dalam kehidupannya.

"Bumi? Ngapain disana?"

Memang agak aneh sih, soalnya Bumi cuman berdiri diam didepan papan tulis, untung pas jam istirahat.

"Bumi? Hei."

Pemuda itu langsung menoleh kebelakang dan pergi dari tempat semulanya. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Iya? Kamu manggil?"

Mentari mengangguk.

"Itu, tolong bawakan keruang guru ya. Aku ga bisa keruang guru soalnya ada rapat di lab."

Mentari menunjuk kearah tumpukan buku buku diatas meja, Bumi mengangguk lalu langsung mengembalikan buku buku itu keruang guru.

Selama hampir dua jam Mentari rapat di lab dengan anak osis dan semua ketua kelas, akhirnnya dia kembali kekelas dan mengikuti pelajaran begitu saja.

"shtt..."

Mentari menoleh kebelakang.

"Kenapa?" bisiknya.

"Tadi tuh anak baru cariin kamu terus."

Gadis itu menahan senyumnya dan mengangguk sebagai tanda terima kasihnya kepada Senja, sahabatnya.

Sore ini Mentari ada ekstrakulikuler dance. Dia pergi sama Senja dan Batara yang kebetulan teman satu ekskulnya juga.

"Hi."

Mereka bertiga langsung noleh kebelakang dan terlihat siapa yang paling kaget disini.

"Kok? Tumben ada Bumi." ujar Batara.

"Udah kena pelet Mentari." sahut Senja.

Mentari menatap tajam teman temannya.

"Jangan bawa bawa pelet ya. Nanti orang dengar malah ngira yang engga engga, Nja."

Bumi tersenyum kecil melihat teguran gemas dari Mentari.

"Ini buat kamu, aku duluan ya."

Bumi memberikan sebungkus sandwich bunga dan sebotol aqua dingin kepada Mentari lalu pamit pergi darisana.

Mentari menerimanya dan tidak sengaja menemukan sebuah surat yang ada di aquanya.

"Ayo pulang bareng. Aku tunggu diparkiran."

Mentari tersenyum salting setelah membacanya.

BUMI MENTARI : JIHOON [✔️]Where stories live. Discover now