09. Mirip Ayah

124 133 1
                                    

Hari ini Mentari memberanikan diri untuk membawa Bumi kerumahnya. Dia berniat untuk menyambut kakaknya yang baru kembali dari tugas militernya.

Sebenarnya dulu Mentari tidak setuju dengan Abay yang ingin menjadi tentara sama dengan ayahnya dulu.

"Ayo masuk."

Bumi mengangguk canggung, dia sangat gugup sekarang.

"Mentari?"

Kedua remaja itu kaget dan langsung menghentikan langkah mereka. Mentari mendongak dan menatap Haidar yang sedang menatapnya bingung.

"Ka-"

"Siapa cowok ini?"

Mentari menghela napas berusaha menyadarkan dirinya.

"Teman aku, dia yang bantuin aku cari hadiah buat kak Abay."

Haidar mengangguk lalu menyuruh kedua remaja itu untuk duduk dikursi meja makan.

"Kadang memang gitu, Ri."

Mentari mengangguk mengiyakan ucapan kakak sulungnya.

"Kak Abay udah jarang pulang sekali pulang malah lama banget lagi." celetoh Mentari tidak ada hentinya.

Haidar dan Mentari sibuk menyiapkan makanan untuk menyambut Abay pulang. Hampir dua jam setengah mereka menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga.

Abay masuk kedalam rumah dengan pakaian tentaranya, sangat cocok dengannya. Mentari terdiam mengamati kakak keduanya dari atas sampai bawah. Mirip ayah.

"Kak Abay."

Pemuda- ah dia bukan seorang pemuda yang usil keadeknya lagi ya.

"Kata ayah, jangan nangis Mentari."

Ah, rasanya Mentari ingin menangis saat ini sambil memeluk ayahnya. Tapi tidak masalah walaupun hanya kak Abay yang memeluknya.

"Mentari suka lihat kakak pakai baju kayak gini udah ganteng, berwibawa, rapi dan mirip ayah."

Mentari mengucapkannya sembari tertawa pelan seolah ada hal lucu yang baru saja dia lontarkan.

Bumi mengamati gadis dihadapannya ini. Dia tersenyum kecil lalu menundukan kepalanya.

"Mereka jauh lebih bahagia." gumannya.

BUMI MENTARI : JIHOON [✔️]Where stories live. Discover now