18. Keadannya Semakin Parah

123 115 1
                                    

Sebulan berlalu, keadaan ginjal Bumi semakin parah dan mereka belum mendapatkan donor ginjal yang cocok untuknya.

Bumi hanya bisa pasrah kepada Allah.

"Bumi? Lu harus kuat."

Kenapa bukan Mentari yang ngomong gitu ke dia?

"Bumi lu dengar gue kan? Lu harus kuat."

"Jangan tinggalin kita semua hiks..."

Tangisan pilu selalu terdengar olehnya dan sebenarnya Bumi benci mendengar seseorang menangis karnanya.

"Gue bakalan ngasih tau Mentari tentang keadaan lu."

"Ja-jangan."

Shanum terdiam mendengar jawaban dari pemuda itu.

"Kenapa? Dia selalu khawatir sama keadaan lu yang suka menghilang kayak gini."

"Jangan, gue ga mau dia kecewa sama gue."

Shanum menghela napas kasar.

"Iya, dia bakalan kecewa sama lu yang ga jujur ke dia! Dia bakalan mikir kalo lu belum mau terbuka ke da! Itu yang bakalan dia pikirin nantinya!"

Hasan cuman bisa menahan adeknya dan membawa gadis itu keluar ruangan Bumi.

"Jangan emosi gitu."

"Tapi-"

"Mending lu tenangin ibunya Bumi."

Shanum mengangguk dan menghampiri ibunya Bumi yang lagi nangis dikursi yang ada didepan ruangan Bumi.

Hasan kembali masuk kedalam dan mencoba untuk membujuk Bumi.

"Bumi, gue minta sama lu. Tolong kasih kepercayaan lu ke gue, gue bakalan bawa Mentari dan teman teman lu kesini. Tapi jangan marah dan ngelarang gue. Gue minta, Bum."

Bumi mengangguk pasrah.

"Gue selalu kalah kalo sama lu bang."

Hasan tersenyum pilu, dia mengusap kepala Bumi lalu pergi darisana. Begitu sampai diluar, dia menangis didepan pintu ruangan.

"Maafin gue, Bumi."

Mungkin hanya maaf yang bisa mereka ucapkan.

BUMI MENTARI : JIHOON [✔️]Where stories live. Discover now