BAB 17

327 64 291
                                    

HALO!
Selamat malam teman-teman!!
Apa kabarnya nih? Semoga sehat dan selalu dalam naungan perlindungan Tuhan YME yaa. Aamiin.

Bagaimana dengan bab kemarin? Luruh sudah ya geregetannya? Akhirnya PDKT-annya beres dan siap nempuh perjalanan dengan ikatan yang sudah jelas.

Lantas bagaimana dengan kamu? Hubungannya sudah jelas belum? Jangan sampai nanggung kegantung. Antara mau pergi tapi punya perasaan, antara mau tetap berdiam tapi entah mau di bawa ke mana arah perasaannya 🤒

Pada bab ini, lumayan panjang nih. Hampir 2600 kata! Wah, siap-siap menikmati momen yang akan diceritakan ya!!

Hujan 🌧 + secangkir teh hangat ☕ + selimut 🧣+ lagu-lagu dari Tiara Andini 🎶 + Bulan Prasbiru 📖 ➡ Disa dan Bekasi malam ini

Kalau kamu? Isi di sini ➡

Selamat membaca Bulan Prasbiru teman-teman!

_____

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1.

Tadi selepas sholat isya, Ayah mengantarku ke rumah Dira untuk mengambil kanvas lukis milik Duta. Aku beralasan mengambil tugas seni budaya agar Ayah tidak banyak tanya tentang lukisannya.

Malam ini, di depan kanvas lukis yang belum sempurna jadi, aku menelepon Hasna, teman lamaku yang rumahnya tidak jauh dari rumah lama Pupa di jalan Lamandau, untuk mengabari bahwa besok siang aku akan berangkat ke Jakarta.

Hasna tertawa senang, sangat menunggu kedatanganku di Jakarta. Ada rencana ketika nanti aku telah sampai di rumah Pupa, Hasna akan datang untuk mengajakku jalan-jalan sejenak keliling Jakarta.

Jujur sih, aku belum berani bilang ke Hasna kalau nanti ada seseorang yang juga ikut ke Jakarta. Ya gimana ya, kalau dibicarakan di telepon rasanya kurang enak, takut malah banyak tanya yang susah untuk dijelaskan lebih detail. Biarlah, biar jadi surprise juga buat Hasna kalau sekarang, Senja sudah punya kekasih. Memangnya dia doang yang bisa pacaran, hahaha.

Aku beranjak membuka laci meja belajar untuk meraih cat lukis dan beberapa alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lukisan milik Duta. Satu per satu kuberi warna dan terus menggerakan tanganku di atas kanvas sampai benar-benar utuh selesai.

Ya, memang sebenarnya aku tidak begitu ahli melukis, tetapi setidaknya aku tahu bagaimana cara memadukan warna agar kombinasinya bisa menjadi indah. Aku juga menambahkan beberapa objek di sana seperti bulan, burung dan kupu-kupu.

Menginjak pukul sepuluh malam, lukisan tersebut utuh selesai. Aku tersenyum sempurna memandangi lukisan tersebut, menyadari bahwa ternyata aku yang akan menyelesaikan permintaan Duta itu. Kalau dirasa sih, aneh aja gitu. Kenapa harus aku yang jauh-jauh datang dari Jakarta? Bukankah ruangan ekskul musik bergilir siapa saja bisa masuk ke sana?

BULAN PRASBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang