BAB 18

368 65 115
                                    

Halo!
Apa kabarnya teman-teman?
Alhamdulillah aku sehat, semoga kamu juga sehat dan terus dalam lindungan Tuhan yaa. Aamiin.

Bagaimana dengan bab kemarin?
Ternyata masih pada stay jadi tim Duta ya! Keren keren!! Ya sebenarnya kasihan juga ke Biaska yang udah suka dari awal, tapi usahanya nggak dilihat jelas sama Senja. It's okay. Karena perasaan nggak bisa dipaksakan jatuhnya mesti pada siapa.

Semoga kamu tidak sedang menjalani perasaan yang tertolak ya! Semoga dia yang kamu suka, tidak suka pada yang lainnya 🙂 karena aku tahu, bagaimana sesaknya menyukai tanpa disukai kembali 🙂🤟🏻

Bab ini tertulis lebih panjang dari bab sebelumnya. Mencapai 3000++ kata! Jadi,

Selamat membaca Bulan Prasbiru teman-teman!







Selamat membaca Bulan Prasbiru teman-teman!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Kisaran pukul lima pagi, aku terbangun untuk bersiap solat shubuh. Sambil mengucak-ucak mata, aku mencari keberadaan Kak Biaska. Ia terlelap di depan jendela kamarku, di atas sofa dan merebah di sana.

Aku berjalan perlahan menghampiri dirinya di sana. Lalu berjongkok untuk mendekatkan mataku agar jelas bisa melihat wajahnya. Aku baru sadar, bahwa ada seseorang yang hatinya tulus tertuju untukku. Di dunia yang seluas ini, sekeruh ini. Aku merasa sendiri nan pahit terpuruk. Tapi ternyata hidup memang bukan ditakdirkan untuk tumbuh sendiri. Sepahit apapun, akan pasti Tuhan kirimkan sesosok manusia yang akan memberikan ruang untuk bersandar teduh.

Kuusap pelan rambutnya, lalu tersenyum penuh. Mungkin memang benar, aku selalu menutupi perasaanku sendiri. Ya seperti pada Duta pun, aku masih keras kepala merasa aku tidak menyukai dirinya padahal aku sudah jatuh hati. Aku menyukai Kak Biaska karena ia selalu ada. Selalu berada paling depan ketika aku butuh seseorang sebagai teman. Ia tidak pernah menyakitiku. Selalu berusaha membuatku senang meskipun sering kali kukecewakan.

Dia tampan, jauh lebih tampan dari Duta Prasbiru. Tetapi hati punya ranah nyamannya tersendiri. Jatuhnya aku bukan pada Kak Biaska. Maunya diriku bukan bersamanya. Namun, aku sayang keduanya. Maka mesti kupilih salah satu agar tidak melukai keduanya.

BULAN PRASBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang