Part 4: Orang Asing

680 111 15
                                    

Sepanjang berjalannya rapat, Singto tak pernah mengalihkan pandangannya dari orang yang sangat mirip dengan kekasihnya itu. Tidak terdapat perbedaan antara mereka, selain warna rambut. Orang dihadapannya itu memiliki rambut berwarna coklat terang, berbeda dengan Krist yang memiliki rambut hitam pekat. Namun, warna rambut tidak berarti apapun, karena siapa saja bisa menggantinya dengan mudah.

Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak Singto, tapi tak bisa secara langsung ia ungkapkan. Singto masih memiliki etika yang baik dan menghormati rapat yang sedang berlangsung, meskipun ia tidak pernah fokus selama kegiatan itu.

Namun, anehnya, jika orang itu adalah Krist, maka dia akan mengenali Singto dengan mudah. Tapi orang dihadapannya itu bahkan tidak merespon apapun, selain menyapa layaknya orang yang baru pertama kali bertemu.

Seusai rapat, produser memperkenalkan Singto kepada semua orang yang berada di sana. Mungkin beberapa orang di ruangan itu belum begitu familiar dengan wajah Singto, karena ia adalah pemilik rumah produksi yang baru.

"Singto san ini adalah pemilik Jinxmaya Production, selama ini beliau tinggal di Thai, baru beberapa bulan pindah ke negara ini," jelas sang produser.

Singto yang merasa namanya dipanggil langsung berdehem kemudian tersenyum, "Perkenalkan nama saya Singto Prachaya."

"Prachaya?" Gumam Arthit pelan, tapi langsung disadari oleh Singto.

"Kau mengingatku?" Tanya Singto penuh harap.

Arthit mencoba mengingat sebentar kemudian menjentikkan jarinya, "Apa anda papanya Leonard Prachaya?"

"Kau ingat Leon juga?" Senyum Singto semakin mengembang, ia sangat senang mengetahui bahwa Krist tidak melupakannya, meskipun semua yang ia lakukan sangat menyakiti hatinya.

Dia memang Kristku.

"Tentu saja saya mengingatnya, dia telah menolong anak saya ketika diganggu oleh temannya. Saya sangat berterima kasih untuk itu."

Senyum Singto musnah, raut wajahnya kembali muram. Apa dia sedang berpura-pura tidak mengenalinya dan Leon? Apa dia sengaja melakukan itu untuk membalas dendam padanya?

Tunggu.. anak?

"Anakmu..."

"Leonora Rojnapat."

Mata Singto langsung melebar, jadi anak perempuan yang dibela oleh Leon kemarin adalah anak Krist, pantas saja Singto terasa familiar dengan senyumnya. Jika anak perempuan itu anak Krist, itu berarti...

"Twins," gumam Singto. Ia langsung menaruh perhatian penuh pada pria dihadapannya, "Apa dia twins, Krist? Dia selamat?"

Semua orang yang berada di ruangan itu menatap Singto dengan bingung, tidak terkecuali Arthit. Ia mengernyikan dahi dan menatap kanan kirinya untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Namun, semua orang terlihat sama; tidak mengerti.

"Jawab aku, Krist."

"Maaf Singto san, anda berbicara dengan siapa?" Tanya Arthit bingung.

"Denganmu, Krist."

Arthit semakin dibuat bingung, "Tapi tidak ada yang bernama Krist disini."

"Kau. Kau Krist, kau kekasihku."

Arthit melongo, sesaat kemudian ia tertawa. Sekarang ia paham yang dimaksud oleh pria itu, "Apa anda sedang menggoda saya, Singto san? Tapi maaf, saya sudah memiliki istri."

Orang-orang yang berada di ruangan pun ikut tertawa, ternyata bos baru mereka pandai menggoda. Tapi sayangnya, dia salah sasaran menggoda pria yang sudah menikah.

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now