Part 30: Ketakutan Yang Terulang

471 76 37
                                    

Suara ketukan terdengar semakin keras, membuat seseorang yang berada di dalam rumah terburu-buru membuka pintu. Ia mengira bahwa majikannya telah datang, akan tetapi justru orang yang tak dikenal yang nampak. Pria asing yang tak pernah ia jumpai sebelumnya.

"Dimana Krist?" Tanya Singto. Pria itu langsung bergegas mengunjungi rumah Krist setelah membawa anaknya pergi.

Wanita yang tampak seperti asisten rumah tangga itu terlihat bingung, "Sepertinya anda salah rumah, tidak ada yang bernama Krist di sini."

Setelah mengucapkannya, segera wanita itu menutup pintu karena takut kalau orang yang tidak dikenalinya itu akan melakukan tindak kejahatan. Namun, Singto berhasil memegangi pintu sehingga tak menutup dengan sempurna.

"Tunggu. Maksudku adalah Arthit, dimana Arthit?"

Wanita itu tak menghiraukannya, ia terus mendorong pintu agar tertutup. Ia takut Singto adalah sasaeng yang mengincar Tuannya. Mengingat telah banyak kejadian yang seperti itu, bukan sekali duakali saja.

"Untuk apa kau mencari suamiku?" Ujar Fah yang baru saja pulang dari kantornya.

Seketika pandang Singto teralih kepada Fah. Ia tersenyum remeh memandangi wanita yang telah dinikahi Arthit beberapa tahun silam. Meskipun Arthit adalah Krist, akan tetapi menurut Singto mereka adalah orang yang berbeda. Jika Krist tidak hilang ingatan, tidak mungkin dia akan menikahi wanita itu.

"Setelah ingatan Krist kembali, kau masih menganggap dirimu istrinya?"

Fah terkejut mendengar Singto telah mengetahui bahwa ingatan Krist telah kembali. Berarti, Krist telah menemui Singto sebelumnya dan mengatakan semuanya. Perasaan takut kehilangan pun semakin menjadi.

Namun, kedatangan Singto mematahkan argumen sebelumnya. Jika Krist dan Singto telah berbaikan, maka pria itu tidak akan berada di depan rumahnya dan mencari keberadaan Krist. Mungkin saja Krist mengatakan segalanya, akan tetapi Krist tidak mau menerima Singto lagi.

Fah bernafas lega dan menatap Singto nyalang, "Tentu saja. Kita menikah secara sah di depan pendeta."

"Ingat, kau menikahi Arthit, bukan Krist!" Singto kembali menunjukkan senyuman remehnya.

"Mereka adalah orang yang sama!"

Singto masih ingin menanggapi ucapan Fah, tetapi ia teringat tujuannya untuk datang kemari. Waktunya tidak tepat untuk berdebat hal yang tidak berujung. Lebih baik ia menggunakannya untuk menemui Leon agar anak itu baik-baik saja.

"Cepat panggil Krist, aku mau bertemu dengannya."

"Jangan berharap. Kau tau, aku sangat tidak menyukaimu dan aku juga tidak mau Krist bertemu denganmu."

Singto menatap geram, "Ini bukan soal aku dan Krist, tapi Leon. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padanya."

"Jadi Krist membawa Leon?" Fah terkekeh lebar, "Lalu, apa maksudmu terjadi hal yang buruk? Krist adalah papa kandungnya, dia yang mengandung dan melahirkan Leon, tidak mungkin Krist menyakitinya."

"Aku tau. Tetapi bukan seperti itu caranya. Leon pasti tidak baik-baik saja sekarang." Singto melayangkan tinjunya ke udara, "Sial! Kalau kau tidak mau memanggilnya, aku akan masuk dengan paksa."

Tanpa kata permisi, Singto langsung mendorong pintu itu dengan kasar. Tidak memperdulikan teriakan Fah yang menggema. Ia memanggil nama Krist berulang kali, akan tetapi tidak ada jawaban.

"Keluar kau! Kalau tidak aku akan memanggil polisi!" Ancam Fah.

Singto tidak peduli dengan ancaman itu, ia justru berkeliling sudut rumah untuk menemukan pria yang ia cari. Meskipun Fah berusaha menghalangi, tetapi tak menurunkan kegigihannya mencari Krist. Intinya, ia harus menemukan Leon dengan segera.

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now