Part 34: Usai

505 78 32
                                    

Hiruk pikuk tempat konser menyapa kedatangan keduanya. Sorak ramai tak bisa terhindarkan untuk masuk gendang telinga. Ratusan orang berjejer antre untuk menukarkan tiket mereka. Waktu konser akan dimulai pada malam hari, akan tetapi sore hari semua penonton telah berkumpul.

Singto tersenyum bangga melihat itu. Pria yang dulu menyetujui ide gilanya untuk melahirkan anak hanya demi uang, sekarang dapat berdiri dengan kakinya sendiri. Andai saja sejak dulu Krist mengetahui bakatnya, maka ia tidak perlu menerima penawaran itu dan terlibat dalam peliknya hidup Singto.

Namun, semua itu telah tertuang dalam takdir. Jika Krist sukses lebih dulu, maka kedua malaikat kecil itu tidak akan hadir diantara mereka. Sesungguhnya, kisah ini disusun begitu sempurna, meski dengan bumbu perkara yang kerap kali menambah rasa.

Jalan yang Singto pilih memang tidak pernah mulus. Namun, semua itu menciptakan kisah sendiri yang membuatnya lebih mengerti arti kehidupan. Tawa dan tangis, bahagia dan duka, semua itu selalu berjalan beriringan dalam setiap langkahnya.

Ketika Singto tengah asyik dengan pemikirannya, suara sorak ramai menyadarkannya dari lamunan. Ia pun mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Ternyata yang membuat suasana menjadi heboh adalah kehadiran Krist yang baru saja turun dari mobilnya.

"Ayah," panggil Leon

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Ayah," panggil Leon.

Anak itu segera memeluk perut Singto dengan erat saat keadaan terlihat kacau. Karena masih jelas dalam ingatannya ketika ia terpisah dengan Singto saat menonton konser terakhir kali. Leon tidak ingin hal itu terulang lagi, terlebih kali ini ia juga takut bertemu dengan Krist.

"Tidak apa-apa, ayah ada di sini bersamamu."

Singto kembali memfokuskan matanya untuk menatap pria yang masih menjadi pemilik hatinya. Tarikan senyum semakin lebar, menandakan bahwa kekagumannya semakin besar. Sejuta kata pujian tidak akan cukup untuk memuja pahatan indah sang pencipta dalam wajah Krist.

"Beruntung kau mendapatkan semua keindahan darinya, Leon."

Setelah itu, mereka memasuki venue konser dan menempati tempat yang telah disediakan. Singto mengambil seat tepat di depan panggung, sehingga dapat dengan jelas menonton Krist. Semua itu berkat koneksinya, kalau tidak, mungkin ia tidak akan mendapatkan tempat duduk itu. Karena semua tiket habis dalam waktu 10 menit.

Tak lama, acara pun dimulai. Leon yang awalnya hanya diam menahan rasa takut, perlahan-lahan mencair. Ia terlihat menikmati acara pembuka yang menakjubkan dengan kembang api yang meluncur ke udara.

Teriakan memanggil nama Arthit mulai terdengar histeris saat Krist keluar dari bawah panggung. Wajah rupawan, penampilan yang menawan dan suara yang menenangkan. Semua itu membuat para penggemar sangat antusias.

 Semua itu membuat para penggemar sangat antusias

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Unfinished LoveKde žijí příběhy. Začni objevovat