Sisa Rasa

592 78 6
                                    

^^Aku up satu chapter lagi yaa 😊 biar kalian penasaran^^






















2 tahun kemudian

Apa yang kamu pikirkan jika mengalami cinta tak berbalas? Mencoba berlagak baik-baik saja dengan berdalih perasaan tak bisa dipaksakan, atau menyalahkan pihak yang disukai karena tidak berbalik menyukai kita, atau justru membenci diri sendiri karena menyukainya dan berakhir patah hati? Namun apapun yang kita pilih, pada akhirnya yabg harus kita lakukan adalah melupakannya. Memang terdengar kejam, namun bagaimanapun itulah siklusnya.

Dan inilah Giana memilih melarikan diri sebagai cara untuk melupakan laki-laki itu. Terdengar cukup kekanak-kanakan memang, tapi gadis itu sama sekali tidak terlihat menyesalinya. Hidup tanpa bayangan Najandra, walaupun awalnya berat namun bisa bilang sekarang Giana sudah terbiasa. Ya, kata terbiasa memang cukup ambigu bukan? Bukan tentang dia masih menyukainya atau tidak, merindukannya atau tidak, namun lebih menganggap semua seolah tidak apa-apa. Menerima bahwa dia pernah menyukai kemudian patah hati karenanya dan berkata pada diri sendiri bahwa dia baik-baik saja sekarang. Lebih tepatnya gadis itu memilih untuk berdamai pada dirinya sendiri.

Dan kini dua tahun telah berlalu, Giana tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa dari sebelumnya. Menjadi mahasiswa semester tiga jurusan fashion design membuat penampilan gadis itu dulu hanya berpenampilan serba hitam kini terlihat tampak begitu modis. Ataupun dia yang dulunya hanya membiarkan rambutnya terus pendek, yang kini sudah dia biarkan memanjang. Di usianya yang menginjak dua puluh tahun, banyak hal yang berubah dari dirinya. Dia bukan lagi gadis yang pemalu ataupun gadis yang tak tersenyum sekalipun. Bisa dibilang, dia sudah berubah menjadi gadis yang lebih ceria dari sebelumnya.

Dan diantara banyak perubahan darinya, ada satu hal yang masih sama. Dia masih suka menyendiri. Seperti sekarang, gadis itu kini duduk sendirian di pojok kelas yang sudah bubar sejak lima menit lalu. Dia menatap ke arah jendela yang terbuka dengan gorden putih yang terus berkibar karena ulah angin. Sesekali dia memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang mengenai wajahnya dan tidak lupa kini lagu she's in the rain milik The Rose mengalun indah di telinganya. Baginya, lagu itu benar-benar menggambarkan dirinya saat ini.






Tok tok

Giana menoleh ke arah pintu yang kini tampak berdiri seorang gadis berambut pirang yang terus melambaikan tangan ke arahnya. Giana hanya membalas senyum kepadanya. Kemudian gadis itu berjalan masuk ke arahnya.

"Kamu beneran nolak kak Liam?"

Giana terkekeh. Sonya, gadis di depannya memang tidak suka bertele-tele.

"Ditanyain malah ketawa!" kesal Sonya

"Lagian kamu dateng-dateng langsung nanya begituan" balasnya

"Jadi bener kamu nolak kak Liam?" tanya Sonya lagi sembari menarik kursi di sebelah Giana dan mendudukinya.

Giana mengangguk

"Yah, sayang banget aku nggak liat kamu pas nolak dia" sesal Sonya sembari melipatkan kedua tangannya di dada

Giana terkekeh mendengarnya, "Kamu nyesel karena nggak liat dia aku tolak apa nyesel nggak liat aku dihujat orang-orang?"

"Dua-duanya sih sebenernya" gumam Sonya yang masih terdengar oleh Giana

Giana berdecih mendengar gumaman dari sahabat yang sudah dikenalinya sejak dua tahun itu. Lebih tepatnya sahabat yang dikenalnya saat dia pindah di sekolah barunya dua tahun lalu. Dan malah sekarang justru mereka kuliah di universitas yang sama walaupun berbeda jurusan. Sebagai informasi, Sonya berada di jurusan jurnalistik.

Unrequited loveWhere stories live. Discover now