Kesal

386 74 9
                                    









Giana menatap Yesa penuh curiga. Bagaimana tidak? Laki-laki itu rela menunggu Giana selesai kelas hanya untuk mengajaknya makan siang. Dan itu membuat teman-temannya berpikir bahwa Yesa adalah kekasihnya. Dan sepertinya dia akan berterima kasih pada Alya yang membantunya untuk menjelaskan. Karena Yesa tanpa bersalah langsung membawanya pergi. Bicara tentang Alya, sejak kejadiannya dia pingsan mereka kini menjadi dekat. Bahkan kemarin saja dia membawa Alya untuk pergi ke mall dengan Sonya.

"Aku tau kalo aku ganteng Gi, tapi ngeliatinnya biasa aja" ucap Yesa dengan percaya dirinya.

"Ngapain bawa aku kesini?" tanya Giana

"Aku laper, nggak ada temen. Jadi ngajak kamu kesini" jelasnya.

Dan tak lama makanan mereka pun datang. Dengan terpaksa Giana menghentikan interogasinya itu.







"Wah, sengaja banget makan cuma berdua. Nggak takut ada setannya?" ucap Haidan

"Ya, setannya yang baru aja dateng" sindir Yesa

"Wah Na, kamu dibilang setan" ucap Haidan sembari menepuk pundak laki-laki di sebelahnya

"Cih, tukang adu domba" kesal Yesa

Sedangkan Giana, gadis itu tampak begitu cemas sekarang. Pasalnya seorang Naja yang selama ini dia hindari sekarang tepat di depannya.

"Eh, Gigi. Udah sehat?" tanya Haidan yang kini duduk di sebelah Giana. Sedangkan Giana hanya tersenyum sembari mengangguk untuk membalasnya.

"Kalian berdua udah pesen?" tanya Yesa pada kedua sahabatnya itu

"Udah bro!" balas Haidan.

Hal yang sekarang Giana pikirkan adalah menyelesaikan makanannya dan segera pulang. Karena ternyata berada di dekat Najandra sama sekali tidak baik untuk jantungnya. Karena itu sekarang dia dengan cepat menghabiskan makanannya yang malah secara tidak sadar menjadi pusat perhatian ketiga laki-laki itu.

"Makannya pelan-pelan aja Gi, kita nggak ngambil kok" ucap Yesa sembari tertawa yang bagi Giana seperti sebuah sindiran

"Kan aku laper!" bela Giana

"Ya udah abisin makanan ya. Nanti kalo mau nambah bilang aja" ucap Yesa yang kemudian mengambil satu lembar tisu dan dilapnya ke bibir Giana.

"Kalian romantis banget sih, aku juga mau dong dilapin" ucap Haidan memajukan wajahnya ke arah Yesa yang dibalas geplakan cinta oleh Yesa.

"Jijik tau nggak Dan!" ejek Yesa

Sedangkan Giana kini tertawa puas melihat tingkah mereka berdua. Bagaimana dengan Naja? Laki-laki itu tampak tidak peduli dengan tingkah mereka. Sepertinya dia sudah terbiasa.

"Kayak bocah aja!" gumam Naja yang sialnya terdengar oleh Giana.

"Oh ya Gi, kapan-kapan ikut reuni yuk?" ajak Haidan

"Reuni? Aku kan bukan alumni sekolah kalian" jawab Giana

"Lah, gimanapun kita kan dua tahun sekolah bareng" balas Haidan

Giana menggeleng, "Kayaknya nggak bisa Dan. Nggak enak juga sama yang lain"

"Seorang Giana ternyata bisa ngerasa nggak enak an juga ya" timpal Yesa

"Lagian kenapa kamu pindah si Gi?"

"Gimana lagi, ibu aku pindah dinas. Nggak mungkin kan aku tinggal sendirian?"

"Tapi kan aku ngerasa kehilangan" ucap Haidan dengan wajah dibuat sendu

"Kehilangan pala lu! Akrab juga nggak!" sindir Yesa dengan melemparkan sedotan di gelasnya ke arah Haidan

"Tapi seenggaknya kamu pamit kek Gi, nggak tiba-tiba juga"

"Emang lo siapa minta segala dipamitin sama Giana" timpal Yesa lagi yang membuat Haidan kesal.

"Brisik lo!" ucapnya disertai sendok miliknya yang melayang mengenai wajah Yesa

"Ngajak ribut, lo!" ucap Yesa tampak tidak terima

"Makanya nggak usah nyelimur mulu!" balas Haidan








Brakk

"Di sini tempat buat makan, bukan buat ribut" ucap Naja sembari menatap tajam Giana

Sedangkan Giana yang sadar diberi tatapan itu oleh Naja seperti, "Hey, mereka yang berantem kenapa kamu keselnya sama aku?"

"Makanya, gue udah bilang kalo makan nggak usah bawa cewek. Ribet" ucapnya lagi yang malah membuat Haidan dan Yesa tampak merasa bersalah pada Giana.

"Sensi banget lo!" ketus Haidan

"Kenapa kalo aku cewek? Lagian dari awal bukannya kamu sama Haidan yang nyamperin kita? Seharusnya kalo kamu tau aku bikin ribet, duduk aja ke tempat lain" bela Giana

"Aku ke toilet dulu ya" ucap Giana pada akhirnya






"Lo punya masalah apa sih? Giana nggak ngapa-ngapain malah disinisin sama lo!" ungkap Yesa dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Nggak semua cewek bisa disama ratain" kini giliran Haidan yang membela

"Lagian omongan lo itu salah, dan omongan Giana ada benernya. Dari awal emang gue sama Giana di sini duluan. Justru lo sama Haidan yang dateng nyamperin" lanjut Yesa

Sedangkan Naja hanya terdiam di tempatnya. Sepertinya dia sedikit merasa bersalah.

"Aku pulang duluan ya, soalnya temen aku udah di depan" pamit Giana yang entah sejak kapan datang

"Beneran mau balik? Ya udah hati-hati ya Gi" ucap Yesa

Giana berjalan ke kursi mengambil tas miliknya, "Aku balik dulu ya. Makasih traktirannya" ucap Giana menepuk pundak Yesa dan tersenyum pada Haidan.

"Gi!" panggil Haidan setelah Giana berjalan beberapa langkah

"Besok-besok kalo kita aja makan lagi, mau ya?" ucapnya

"Boleh, kalo nggak ada yang keberatan" ucapnya sembari tersenyum

Setelah itu Giana kembali berjalan pergi.

Sedangkan Haidan dan Yesa sudah tertawa di sana.

"Baru kali ini seorang Naja kena sindir" ucap Haidan disela tawanya






Sedangkan Giana kini berlari kecil menghampiri Sonya yang tengah menunggunya bersama motor kesayangannya.

"Tumben banget nyuruh buru-buru" ucap Sonya

Bukannya menjawab, justru kini Giana memeluk erat Sonya, "Makasih Sonya"

"Iya, sama-sama. Tapi lepasin, aku nggak bisa napas" ucap Sonya

Tak butuh lama, Giana pun segera melepaskan pelukannya.

"Ayo jalan!" perintahnya sembari mengambil helm yang biasa dia pakai dan segera duduk membonceng Sonya.

"Dasar gila!" ejek Sonya yang merasa sahabatnya itu menjadi aneh sekarang.

Unrequited loveWhere stories live. Discover now