Bianglala

366 68 2
                                    

Aku balik lagi
Dan selamat bermalam minggu semua😁


















Giana terkejut melihat isi pesan dari Haidan yang dikirim sepuluh menit lalu. Laki-laki itu mengirim pesan pada Giana jika dia berada di depan kosannya. Dengan segera dia berlari keluar, dan di sana terlihat Haidan tengah mengobrol dengan pak Dodi, satpam kosannya dengan masih mengenakan helm.

"Kenapa nggak masuk aja" tanya Giana sembari mengikuti Haidan yang membawa masuk motornya.

"Kan nunggu kamu" jelas Haidan

"Kenapa?" tanya Giana

"Jalan-jalan yuk Gi" ajak Haidan kemudian

Giana mengamati Haidan yang kini tengah membuka helmnya. Kemudian pandangannya tertuju pada sudut bibir laki-laki itu yang mengeluarkan darah, dan kedua pipinya yang tampak lebam.

"Kalo gitu masuk dulu, aku mau ganti baju bentar" ucap Giana berjalan masuk.








Giana keluar dari kamarnya dengan membawa kotak P3K di tangan kanannya. Kemudian dia berjalan menghampiri Haidan yang duduk di sofa ruang tamu.

"Obatin dulu muka kamu. Nanti dikira habis tawuran lagi" jelas Giana saat melihat pandangan mata Haidan

Haidan terkekeh, "Ya gimana lagi. Nasib punya muka baby face ya kayak gini" candanya

Giana tertawa mendengarnya, "Terserah deh" ucapnya sembari membuka kotak P3K dan mulai mengobati luka di wajah Haidan.








Seperti apa yang Haidan rencanakan, kini sudah sepuluh menit lalu mereka keluar berkeliling menusuri setiap sudut kota. Dan pemberhentian pertama mereka adalah sebuah warung soto yang berada di pinggir jalan. Katanya, untuk menghangatkan badan terlebih dahulu. Kemudian tak jauh dari tempat itu, Giana dan Haidan singgah ke warung sate yang bagi Giana menjadi sate terenak yang peenah dia makan. Dia harus menandai tempat ini, yang sepertinya akan menjadi tempat langganannya mulai dari sekarang.

Setelah selesai mengisi perut mereka, kini Giana dan Haidan tengah duduk di sebuah taman menunggu jagung bakar yang mereka pesan. Keduanya mengamati sekililing tempat itu yang cukup ramai, tak terkecuali terlihat sebuah keluarga yang tengah makan bersama di salah satu kedai.

"Mereka keliatan bahagia ya Gi" ucap Haidan tersenyum pada Giana

Giana mengangguk, "Anak itu beruntung" ujarnya

Haidan terkekeh, "Jujur aku iri" ucapnya

Giana menatap Haidan yang menundukkan pandangannya. Sedangkan ke dua tangannya digenggamnya erat.

"Orangtua aku menikah tanpa dasar cinta" ungkap Haidan

"Bukan, sialnya cuma  mama yang jatuh cinta" ralatnya dibarengi dengan kekehan kecil

"Setiap dia pulang ke rumah, dia selalu mengamuk dan berakhir mama yang selalu disakiti"

Haidan terdiam sejenak,

"Tapi mama selalu bilang, bagaimanpun dia papa kamu, selalu hormati dia. Cih, aku benar-benar benci kata-kata itu" ungkap Haidan dengan wajah yang terlihat sangat kesal

"Habis berantem sama papa kamu?" tanya Giana kemudian

Haidan tersenyum lalu mengangguk, "Anehnya aku ngerasa lega" ucapnya dengan terkekeh.

"Apa sekarang aku bisa disebut anak durhaka?"

Giana menatap wajah Haidan lekat-lekat, "Kadang kita lupa, selain anak, orang tua pun bisa menjadi durhaka pada anaknya juga"

Unrequited loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang