Lelah

327 66 5
                                    

Holaa...
Aku kembali😂
Ada yang kangen nggak sama cerita ini? Hehehe
Selamat membaca guys ☺️☺️

















"Capek ya Gi?"

Giana tersenyum sembari mengambil air mineral yang diberikan oleh Diga.

"Lumayan kak" balasnya

"Kalo jawabnya lumayan berarti masih kuat nih" ledek Diga. Kemudian dia duduk sisi sebelah Giana.

Giana sedikit tertawa mendengarnya, "Kalo aku ngeluh kayaknya malu sama kak Diga yang sibuknya udah ngalahin presiden" ucap  Giana yang dibalas kekehan oleh Diga

"Jangan sampai sakit Gi"

"Tenang aja kak, pokoknya aku nggak bakal bikin kamu kecewa kak" balas Giana lagi dengan menoleh ke Diga

"Gimana muralnya?"

Giana terdiam sejenak, "Masih dalam proses kak" jawabnya

"Kalo Lucas macam-macam bilang aja Gi" ucap Diga yang dibalas anggukan oleh Giana

Giana mengingat kembali beberapa hari lalu saat pembagian tempat. Entah kesialan atau keberuntungan, Giana ditempatkan melukis di fakultas kedokteran. Belum lagi partnernya yang bernama Lucas, senior dari jurusan seni rupa yang sedang disibukkan oleh tugas praktiknya. Jadinya dia hanya bisa membantu melukis dasar saja, sedangkan sisanya Giana lah yang bertugas melakukannya. Apalagi saat itu dia mendengar apa yang Lucas katakan.

"Lebih baik satu orang aja yang lukis, gimanapun kalo banyak tangan yang bikin malah nggak bagus"

Dan anehnya Giana malah setuju dengan perkataannya itu.














Setelah selesai kelas, Giana bergegas pergi ke fakultas kedokteran. Namun jika biasanya dia ditemani Sonya, Alya ataupun Bella, hari ini dia terpaksa sendirian. Karena jaraknya yang jauh, Giana diantar oleh Donna memakai sepeda motornya. Bicara tentang anak kedokteran, tak lengkap kalau tidak berbicara tentang Naja. Anehnya, sejak hari pertama Giana berada di sana, Naja tidak pernah terlihat olehnya. Namun kabar angin tentangnya selalu berhembus di telinganya. Seperti pakaian apa yang dia kenakan, jadwal kelasnya hari ini, ataupun berapa banyak perempuan yang mendekatinya hari itu dia bisa tahu jelas. Namun dari banyaknya kabar itu, ada satu hal yang benar-benar Giana benci.

"Kalo mau cari Naja, tanya aja sama Maya. Mereka itu udah kaya pasangan terkenalnya anak kedokteran"

Dan sejak itu muncul satu pertanyaan di benak Giana. Siapa Maya bagi Naja?

"Sampai"

Giana turun dari motor Donna dan bergegas pergi setelah mengucapkan terima kasih pada Donna. Hal pertama yang dia lakukan adalah menyiapkan perlengkapan yang dia butuhkan. Setelah semua dirasa cukup, Giana memasang earphone di telinganya pertanda dua sudah  siap.









Giana duduk di sebuah bangku tak jauh dari tempatnya melukis setelah hampir dua jam menyibukkan diri di sana. Dia tersenyum tipis, melihat lukisannya yang hampir selesai.

"Haus?"

Giana menoleh ke arah sumber suara. Disana ada Radit yang membawa sebotol pocari Sweat untuknya.

"Makasih Dit" balasnya sembari mengambilnya dari tangan Radit.

Radit kemudian duduk di sebelah Giana, "Hampir selesai?" tanyanya

Giana mengangguk, "Iya, tinggal dikit lagi" balasnya tersenyum

"Yah, bentar lagi udah nggak ada lagi anak-anak yang ngomongin soal cewek seni tercantik lagi dong di sini" ungkap Radit dengan nada suara kecewa

Unrequited loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang