Solidaritas

355 67 6
                                    

Masih ada yang belum tidur?
Sorry updatenya kemaleman😣
























Setelah mengantarkan Giana pulang, kini Naja melajukan mobilnya menuju rumah Haidan. Sebelumnya dia berencana untuk pergi ke Rumah Sakit, namun dia mendapat kabar jika Haidan berada di rumah, sedangkan ibunya dijaga oleh bibinya. Butuh sekitar lima belas menit untuknya sampai di rumah Haidan. Kemudian dia memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang karena di dalam sudah diisi mobil yang sepertinya milik Yessa. Untung saja jarak gerbang dan jalan cukup luas, sehingga mobilnya tidak memakan jalan. Sebelum dia keluar dari mobinya, dia meraih martabak pemberian dari Giana setelah gadis itu mendengar dia akan pergi ke rumah Haidan. Awalnya dia akan memberikan dua bungkus martabaknya sekaligus, namun Naja menolah dan alhasil Giana hanya memberikan satu bungkus saja.

"Udah dateng?" tanya Yessa kemudian membuka pintu, kemudian menuntun motor milik Haidan

"Mau kemana?" tanya Naja

"Mau ke warung. Lo masuk aja. Yang lain udah di dalem" ucapnya sebelum melajukan motornya keluar rumah.

Setelah menutup pintu gerbangnya, Naja bergegas masuk ke rumah.

"Udah dateng?"

Naja mengangguk, kemudian berjalan menghampiri Haidan yang tengah duduk di sofa sendirian.

Naja menepuk pundak Haidan, "Jangan ngelamun" ucapnya sembari mendudukkan dirinya di samping Haidan, dan tak lupa meletakkan martabaknya di meja.

Haidan tersenyum tipis, "Lo kaya lagi ngapel aja bawa martabak!" celetuknya

"Ini dari Giana" jelas Naja

"Jangan diabisin sendiri Dan, kita juga mau!" ucap Jevan dengan mata yang masih fokus di layar ponselnya. Laki-laki itu tengah sibuk bermain game dengan Radit.

Jika kalian bertanya kenapa Radit dan Jevan berada di sana, jawabannya karena mereka berteman. Seperti yang kalian tau, Radit satu jurusan dengan Naja sehingga Naja mengenalkannya pada Haidan dan Yessa. Dan sebaliknya Jevan satu jurusan dengan Haidan dan Yessa dan dikenalkannya pada Naja dan Radit.

"Gimana? Lo udah kabarin om lo?" tanya Naja yang dibalas anggukan oleh Haidan.

"Dia udah lagi jalan kesini" jelasnya

Sebenarnya saat di mobil bersama Giana tadi, Haidan menelpon mereka untuk meminta pendapat. Disanalah Giana menyarankan kepada Haidan untuk menghubungi salah satu keluarganya. Karena menurut Giana walaupun mereka semua sudah dikatakan dewasa, tetapi untuk masalah ini lebih baik meminta orang yang lebih dewasa yang menanganinya. Apalagi itu sudah berkaitan dengan masalah hukum. Karena itu Haidan mengubungi omnya, yang merupakan adik kandung dari mamanya yang kini tinggal di Surabaya.

"Gue beneran nyesel banget Na" lirih Haidan. Laki-laki itu mwnyandarkan dirinya di sofa, menutup kedua matanya dengan perlahan. Helaan napasnya seolah menunjukkan sifat lemah yang selama ini dia sembunyikan.

"Mereka sering berantem dari dulu. Makanya gue lebih memilih tinggal bareng mbah gue di Semarang dari awal SMP sampai lulus SMA biar nggak ngeliat mereka berantem terus" ungkap Haidan

"Tapi gue nggak tau sejak kapan papa sering main tangan ke mama. Dan lo tau sendiri kan kalo gue seringnya nginep di tempat lo atau Yessa?" lanjutnya

"Dan hal yang paling bikin gue kesel lagi, saat gue tau dia sering nyakitin mama, gue nggak bisa ngelakuin apapun. Karena mama nyuruh gue buat jangan bilang sama siapapun. Dan mulai saat itu gue udah nggak peduli lagi sama mereka"

Naja menepuk pundak Haidan untuk menenangkan sahabatnya itu. Sejujurnya dia juga baru tahu tentang keadaan keluarga Haidan. Selama ini dia kira keluarga Haidan tidak memiliki masalah apapun, karena bahkan Haidan setiap hari selalu berkabar dengan mamanya. Tapi nyatanya, dibalik semua keceriaan seorang Haidan, ternyata banyak luka yang dialaminya.

Unrequited loveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin