Belanja

381 78 5
                                    

Sebelumnya aku mau ucapkan terima kasih buat 1k readers nyaa
Semoga kalian nggak bosen ya nunggu ceritanya
Apalagi aku bikin alur ceritanya lebih lambat dari ceritaku sebelumnya

Selamat membaca ☺️

























Sebagai seorang anak rantau yang tinggal sendirian di kota orang, Giana diharuskan untuk melakukan apapun sendirian. Seperti sekarang ini, gadis itu tengah berbelanja bulanan seperti membeli beberapa barang keperluan yang hampir habis, seperti sabun, shampo sampai sabun pencuci piring. Namun untung saja dia tidak sampai membeli beras karena kalau boleh sombong, setiap bulan dia dikirim beras oleh ibunya.

Giana keluar dengan membawa dua kantong besar di kedua tangannya dengan hati-hati.

"Aku tanya dia siapa?"

Langkah Giana terhenti saat dia melihat sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Ralat, bukan hanya Giana namun banyak pengunjung mall yang menyaksikannya.
"Kayaknya cowok itu selingkuh" ucap seorang ibu yang berdiri di sebelahnya.

Sebenarnya Giana tidak habis pikir, bertengkar di tempat ramai seperti mall ini bukankah memalukan? Bukankah itu privasi mereka? Ah, lupa! Kalau kata Sonya, sekarang adalah era dimana orang-orang tidak mementingkan privasi, apapun asalkan viral itu tidak masalah. Apalagi sampai nanti diundang masuk televisi. Aji mumpung katanya.

"Serius banget ngeliatnya?"

Giana terlonjak, saat sebuah suara bariton berbisik di telinganya. Bukan hanya itu, Giana dibuat sulit bernapas saat orang itu kini sudah berdiri di depannya dengan jarak yang sangat dekat. Belum lagi tatapan matanya yang membuat Giana ingin berlama-lama masuk ke dalamnya. Tolong siapapun saja sadarkan Giana sekarang!

Giana tersadar saat kantong belanjanya tiba-tiba lolos dari genggamannya.

"Jangan diliatin lagi" ucap Naja, kemudian mengambil kedua kantong belanja milik Giana dan berjalan meninggalkannya.

"Pulangnya aku anter aja" ucap Naja yang berjalan ke arah tempat parkir, sedangkan Giana hanya bisa berjalan mengikutinya dengan penuh kebingungan.

"Nggak usah, ngerepotin" ucap Giana yang berusaha mengambil belanjaannya namun gagal.

"Nggak ngerepotin, karena aku berencana ngerepotin kamu" ucap Naja yang kini sudah meletakkan belanjaan Giana di bagasi mobilnya.

Giana mengernyit, "Kok perasaan aku nggak enak ya" gumamnya namun masih terdengar oleh Naja yang kini tengah tertawa

"Serius Gi, aku beneran butuh kamu" ucap Naja dengan raut yang memelas

"Bantu apa? Nggak aneh-aneh kan?"



















Sekarang Giana dan Naja sudah berada di sebuah toko pakaian anak. Naja bilang, keponakannya beberapa hari lagi ulang tahun dan dia meminta Naja untuk menghadiahkan baju princess untuknya. Maka dari itu, Naja meminta Giana untuk membantunya.

"Keponakan kamu umur berapa?" tanya Giana yang kini tengah fokus memilih beberapa gaun yang terpajang.

"Empat tahunan"

Giana mengangguk, "Gemuk atau kurus? Tinggi apa pendek?" tanya Giana lagi

Naja berpikir sejenak, "Kaya anak empat tahun pada umumnya" balas Naja yang membuat Giana menghembuskan napasnya kesal

"Kalau sama anak kecil itu?" tanya Giana lagi menuju seorang anak kecil yang juga berada di sana

"Sama, cuma lebih tinggi"

Unrequited loveWhere stories live. Discover now