BAB 14

183 22 1
                                    

" Selamat pagi nona? " sapa leah saat ia membuka pintu kamar Alice.

" masuklah leah " balas alice yang sudah duduk di meja riasnya dengan tatapan kosong.

" tuan putri sudah bangun?'' tanya leah, cukup terkesan karena biasanya tuan putri mereka ini tak pernah bangun sepagi ini, sudah mandi pula.

" apa semua orang di rumah ini memiliki banyak pekerjaan?" tanya alice karena ia hanya melihat leah selama berada di kastil.

" itu, tuan putri, mereka --"

" tidak perlu dijelaskan, aku sudah mengerti " sela alice tegas.

alice tidak peduli jika orang orang akan mencurigainya karena ia bersikap tegas dan berani, karena sejak semalam Alice sudah memutuskan bahwa dia siap berperang dengan siapa pun yang sudah berani menindas shofia. bahkan dengan sang grand duke sekalipun, tidak peduli sehebat apa prajurit Chatarsis, karena bagi alice tidak ada lawan yang benar benar hebat di Serghovia kecuali ayahnya dan Baron Caligo, yang merupakan jendral besar Serghovia.

Alice sering bertanya pada ayahnya, tentang siapa pria terhebat dalam bertarung di negara ini, dan ayahnya hanya menyebutkan dua nama, pertama Baron Caligo dan yang kedua Count Dyonisius ayah Constantine, mereka adalah sahabat baik count Serge selama perang penyatuan Serghovia bersama kaisar George ke 5.

selebihnya Alice tidak tahu, jika memang ada jendral hebat lain, karena ayahnya sering mengatakan bahwa Alice tidak akan kalah jika bertarung dengan siapapun kecuali jika lawannya kedua jendral agung Serghovia, karena dirinya sendiri merupakan jendral junior pangkat 4 di atas Constantine.

" tuan putri kenapa wajah anda terlihat sangat kesal? " tanya leah sedikit cemas.

" tidak apa apa leah, aku hanya sedang memikirkan sesuatu " kilah Alice yang jelas jelas tidak tidur semalaman.

" kalau begitu saya akan mulai merias anda untuk sarapan bersama grand duke " izin leah seraya mengangkat alas bedak.

" pakaikan setipis mungkin, aku tidak suka memenuhi wajahku dengan kosmetik " terang Alice seadanya.

" baik tuan putri " jawab leah patuh.

setelah selesai merias wajah, leah pun segera mengajak Alice keruang pakaian untuk memilih gaun hari ini.

" tuan putri ingin memakai gaun warna apa hari ini? " tanya leah seraya menyibak beberapa gaun mewah khas putri bangsawan.

Alice yang cukup takjub dengan semua gaun di dalam ruangan itu hanya bisa menatap dengan mata berbinar, sungguh alice belum pernah memiliki ruangan pakaian sendiri seperti putri putri bangsawan lain, karena Count Sergei selalu membawanya tinggal di Barak. Selain pakaian prajurit dan beberapa gaun tidur tipis, tidak ada pakaian lain di dalam lemarinya.

" coba yang ini tuan putri " ucap Leah seraya mencocokkan sebuah gaun ke punggung Alice.

" tidak, aku tidak ingin memakai baju seberat ini " protes Alice saat melihat betapa besar renda yang ada di bawah gaun tersebut.

" entah bagaimana mereka bisa berjalan dengan baju seperti ini " batin Alice tak percaya.

" apa pilihan saya semuanya buruk? Maaf kan saya tuan putri, saya memang memiliki selera buruk " tanya Leah merasa takut karena tuan putrinya menolak semua gaun yang ia pilih

" bu-bukan itu maksud ku, aku hanya ingin memakai gaun yang sedikit lebih simple, tidak perlu di penuhi berlian atau ornamen apakah ada? "

" tapi tuan putri, anda adalah permaisuri grand duke "

" apa selama ini dia yang memilihkan semua bajuku? " tanya Alice malas.

" tidak bukan begitu --- "

" haa, seperti nya gaun ini jauh lebih simple dan nyaman untuk di pakai sehari hari " pilih Alice saat melihat gaun polos berwarna cream.

" tapi tuan putri --"

" aku yang akan menjelaskan jika ada orang yang protes!! Tenang saja Leah, bersama ku kau akan aman "

Sebenarnya Leah bukan ingin mengatur, semua ini ia lakukan karena dirinya sedih saat melihat dan mendengar para pelayan membicarakannya dengan buruk di belakang. belum lagi dengan tatapan dingin grand duke, yang selama  ini tidak pernah sekali pun tidur di kamar Shofia. Mereka seolah menikah hanya untuk menutupi rumor selebihnya tidak ada hubungan bahkan kontak fisik layaknya sepasang suami istri.

Setelah sarapan pagi, Kairos akan pergi bersama marius dan yang lain, kemudian baru kembali saat sore menjelang malam. Mungkin Shofia hanya akan melihat Kairos saat jam makan saja, itu pun jika Kairos makan di rumah, jika tidak akan tidak akan pernah ada perbincangan di antara mereka.

"  kenapa kau memasang wajah seperti itu? Aku kan sudah bilang kalau ini bukan salah mu, ini musim panas dan rasanya aku memerlukan sebuah gaun yang agak tipis saja " jelas Alice mencoba menghibur Leah

" tuan putri sampai kapan anda akan melakukan hal ini? Saya tahu, saya tidak berhak berbicara tapi melihat tuan putri kemarin saya benar-benar takut tuan putri akan ---" Leah pun terisak sedih mengingat semua hal yang ia lalui bersama Shofia.

" Leah jangan menangis, apa maksud mu? Kenapa aku harus melakukan hal -- hal apa?? " ucap Alice tidak mengerti.

" saya memang bodoh, bukan menghibur anda malah menambah beban kesederhanaan anda tuan putri, tapi semua ini saya lakukan karena saya ingin melihat anda bahagia bersama grand duke seperti pasangan suami istri lainya  " terang Leah sedih.

" jadi hubungan Shofia dan Kairos memang seburuk itu? Mereka baru menikah dua bulan yang lalu, sementara Shofia malah sudah mengalami hal tragis di rumah suaminya sendiri tanpa mendapat keadilan apa pun? Bahkan jika Kairos yang berniat membunuh, tapi kenapa? Apa salah Shofia? Kenapa dia sampai tega melakukan  hal itu pada istrinya? Apa dia tidak takut jika dirinya di pandang buruk karna sudah membunuh istrinya sendiri! Atau jika saja Shofia mati karena orang lain di rumah ini namun kairos memilih untuk tetap diam dan menganggap tidak ada apa apa, maka aku akan membuat kairos dan seluruh penghuni Kastil ini mati di tangan ku "

Suddenly Became a EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang