⛅ Perkara Gebetan

934 227 79
                                    

Adisha si sekretaris BEM yang juga sekelas dengan Awan. Walau masih semester satu dia sudah diamanatkan jabatan yang hebat dalam organisasi. Terlihat jutek kalau lagi diam tapi aslinya baik. Tipikal cewek mandiri yang anti menye-menye club. In short, Awan's ideal type of girl.

Meski Awan itu pemalu namun tanpa orang lain tau sejatinya dia juga punya crush di masa perkuliahan ini. Level terniat Awan perihal menggebet Adisha ya mungkin seperti menyelipkan makanan dan minuman di loker gadis itu juga selembar note bertuliskan kata-kata penyemangat.

Kurang lebih sebagaimana stater pack cowok bertitel secret admirer di dalam cerita-cerita wattpad.

Sudah tiga kali melakukan itu, Awan pikir dia tidak akan ketahuan. Namun ternyata, semesta berkata lain. Karena detik dimana ia baru saja selesai latihan, Awan tidak sengaja bertemu dengan Langit. Kebetulan ruang UKM taekwondo dan youtube itu memang bersebelahan.

Langit menyapa riang, Awan hanya tersenyum menanggapi. Tidak janjian tapi karena tujuannya sama, melangkahlah mereka menuju tangga. Melewati ruang Sekre. Ketika itu lah Adisha tiba-tiba juga keluar dari dalam ruangan Sekre.

"Eh, Wan," panggil Adisha. Anehnya, Langit ikutan berhenti di jalan pula berkat panggilan itu. Mungkin dia kepo, "Lo buka catering ya? Enak loh. Gue mau mesen dong buat acara ultah adek gue."

Kening Awan mengernyit tak paham, "Catering?"

"Iya, catering. Ini kotak makanan, lo yang masukin ke loker gue kan? Tadi pagi gue liat. Kayaknya dari tiga hari yang lalu tiap ke Sekre gue selalu nemuin ini deh di loker hehe makasih loh niat juga lo jualannya. Mau gue bantu promosiin di ig?"

Lah. Laahh. Laaaahhhh.

"Hm..." Awan berdehem canggung, "B-bukan kok. Gue gak buka catering."

"Serius? Terus ini buat apa dong?"

Ya gimana ya, Dish. Awan mau ngejelasin juga malu lah anjir. Di sebelah, Langit malah lebih dulu mengerti alur cerita yang tengah berlangsung. Dirinya tampak bersusah payah menahan tawa agar tak kian memperburuk suasana.

"Itu bisnis temen gue. Ntar kalau emang lu butuh catering gue bilangin aja ke dia," tutup Awan.

Adisha sumringah. Dia lantas mengucapkan terimakasih untuk tawaran Awan. Lalu mereka berpisah lantaran ponsel Adisha berbunyi. Panggilan tugas di gedung rektorat.

"Eh duluan yaa, oh ya Wan ntar calling gue nomor temen lo itu ya. Makasih loh! Dadah!"

Dan bersamaan dengan Adisha yang menjauh. Awan hanya bisa menghela napas pendek. Sampai tepukan Langit mendarat di pundaknya beberapa kali.

Awan tau Langit sudah mau meledak untuk tertawa. Karena itu Awan buru-buru menariknya ke rooftop bangunan. Hingga di sini lah mereka sekarang.

"BUAHAHAHAHAHAHA KOCAK BANGET ANJIRR ADISHAA!" seru Langit, nyaring dan menyebalkan, "Asli ya bisa-bisanya dia mikir lo buka catering hahaha niat mau jadi cowok act of service idaman malah dikira lagi promosi hahahahahahakkk—"

Karma. Langit baru saja keselek karena kebanyakan ngakak. Awan melirik tak suka. Apa sih ini cewek, pikirnya males.

"Udah ketawanya?" timpal Awan kesal, "Gue cabut."

"Idih jan ngambek lah lu. Gebetan itu dimana-mana emang sama ya. Gak peka terhadap rangsang kayak bukan makhluk hidup," kekeh Langit, "mungkin mereka amoeba."

"Amoeba juga makhluk hidup, Pinter."

"Oh iya ta?"

Awan memutar matanya jengah. Sedang Langit lagi-lagi tertawa. Gadis itu memutar badan dan membelakangi pagar pembatas rooftop. Berhadapan dengan Awan yang masih berdiri di tengah jalan.

[✔️] Cloud & SkyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum