⛅ Milky Way

691 193 156
                                    

Kadang Langit heran mengapa Awan gemar sekali mampir ke rumahnya tanpa mengabari dulu. Tau-tau udah nongol aja, seperti gerai mixue. Anehnya lagi kali ini Awan datang bukan untuk sekedar bertamu melainkan mengajaknya jalan.

"Tumben banget, mau kemana emang? Eh btw, itu lo bawa mobil?"

Awan mengikuti arah tunjuk Langit lalu balik menatap gadis itu dengan datar, "Bukan, ini delman. Ya, mobil lah, kelihatannya gimana?"

"Wah berarti lo boong ya kemaren katanya gak bisa nyetir mobil. Lah ini apa, bisa tuh?"

"Baru belajar gue."

Langit instan membelalakkan matanya secara berlebihan. Dalam otak dia berhitung dengan cepat. Acara fashion show itu empat hari yang lalu, artinya jika Awan berkata jujur doi betulan baru belajar mengemudi kurang lebih tiga hari saja.

"Terus sekarang mau ngajak gue jalan?" skeptis Langit, mendadak trust issue, "Beneran tuh lo udah bisa nyetirnya? Orang cuma sebentar doang belajarnya?"

"Bisa. Lo punya BPJS kan?"

"Punya sih."

"Ya udah aman."

"Heh, gue yang merasa gak aman!"

Awan tertawa. Tapi dia kembali meyakinkan Langit kalau dia sudah lumayan lihai kok mengemudinya. Awan termasuk yang cepat belajar. Langit membenarkan hal itu mengingat di kelas pun Awan memang cukup pintar.

"Tapi gak tau deh gue dibolehin keluar atau enggak. Lo mah ngajak keluarnya di weekdays gini, nyokap bokap gue biasanya gak bakal bolehin sih kalau gak hari libur," kata Langit.

"Masa? Coba gue yang mintain ijin deh."

Karena Langit sangat tau bagaimana tipikal orang tuanya, gadis itu dengan santai membiarkan Awan meminta ijin. Namun tak disangka, ternyata dugaan Langit meleset. Ayah dan Ibu nya justru memberi ijin!

"Gapapa pergi aja, hati-hati bawa mobilnya ya, Wan. Jagain Mala. Jangan pulang kemaleman juga loh besok kan masih harus kuliah," pesan Ibu.

Awan mengangguk demi menyanggupi permintaan beliau, sedang Langit melongo tak percaya, "Kok dibolehin??"

"Kapan lagi Ayah sama Ibu bisa punya waktu berduaan tanpa kamu ganggu. Kita mau pacaran dong," kekeh si Ayah, Ibu hanya tersenyum malu. Membuat Langit mencibir keki.

"Apaan sih, Yah, udah tua ih?"

"Ets jangan salah, La. Cinta itu tidak mengenal usia. Iya kan my lovely wife?"

"That's right my husbando."

Langit langsung memutar matanya jengah, "Aduh cheesy deh males. Udah yuk, Wan kita pacaran juga kalau gitu! Bye Ibu, bye Ayah, Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam."

Tangannya Langit lalu meraih lengan Awan. Membuat si empu membulatkan netranya kaget. Tidak, Awan tidak kaget dengan sentuhan Langit tapi lebih kepada kalimat gadis itu.

Pacaran katanya...

Terlampau syok, Awan masih selinglung itu ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Awan mencoba menarik napasnya perlahan, menetralkan degup jantungnya yang tiba-tiba merusuh sedari tadi.

"Wan? Kok gak jalan? Jangan bilang lo lupa cara masukin giginya?! Heh serius? Gue turun nih?! Iuran BPJS gue yang bulan ini belum dibayar huhu kalau kenapa-kenapa gimanaa?"

Terimakasih atas ucapan random Langit. Tanpa Langit sadari hal itu berhasil menyelamatkan keadaan. kecanggungan Awan lebur berkatnya. Dia terkekeh geli. Sedikit lucu melihat wajah cemas Langit.

[✔️] Cloud & SkyWhere stories live. Discover now