⛅ Awan's Story

837 203 78
                                    

"Pokoknya lo tinggal berdiri tegap kayak gini, pandangan ke depan, jalan terus..... stop, liat kanan, pose. Bales ke kiri, pose, berenti di tengah, end pose. Dah balik," kata Nickolas sembari sibuk mempraktekkan gerakannya, "Gampang kan?"

Awan yang duduk di depannya serta merta langsung menatap tajam si lawan bicara. Seolah kata 'gampang' yang doi ucapkan memiliki arti, 'berantem yuk' pada situasi seperti ini.

"EH LANGIT AWAS!"

Teriakan Ellie untungnya bersambut dengan refleks cepat Awan begitu Langit tiba-tiba oleng ke arahnya. Gadis itu meremat kuat bahu pemuda yang kini tengah memangkunya. Kalau tidak ada Awan, bisa dipastikan Langit akan berakhir tersungkur di lantai Sekre detik itu juga.

"Astagaa sumpah ya! Gue udah takut tau! Lo tuh hati-hati dong, Git!" seru Ellie lagi, dia mengusap dada. Sungguhan, jantung Ellie tadi rasanya udah mau merosot sampai dengkul gara-gara Langit.

"Hehe sorry, susah sih pake heels gini. Gak biasa gue."

"Kaki lo gapapa tapi kan? Ada keseleo gak?" tanya Ellie memastikan.

Langit menaikkan jempolnya, "Aman. Yang nangkep udah pro kok. empuk banget nih."

Awan hanya bisa menghela napas. Ya mau bagaimana pun Langit tetaplah Langit. Si bocah prik.

"Lo gak ada niat mau bangun?" tegur Awan.

"Gue berat ya?"

"Enggak. Tapi itu... lo kayaknya dudukin sesuatu. Jadi mending bangun dulu deh."

"Sesuatu apa?"

Enggak ada jawaban tapi telinga Awan mendadak memerah. Untung Langit langsung ngeh, buru-buru dia mengucap maaf lalu berdiri sambil menyengir. Aset masa depan Awan terselamatkan.

"Mau belajar apa lagi nih?" tanya Langit pada dua mentor itu. Nickolas bertukar pandang dengan Ellie lalu mengangguk dalam pemikiran yang sama.

"Kayaknya udah deh segini dulu aja. Selebihnya ya paling perbanyak latian jalan sama nonton video runway model gitu biar ntar terbiasa di catwalk nya. Kalau soal pose mah bebas aja sih. Senyaman gaya lo pada. Seni itu kreatif, guys," kata Nicko.

Ellir juga menambakan, "Iya setuju. Lagian gue rasa kalian berdua nih udah oke kok sejauh ini. Tinggal pede aja emang. Harus yakin kalau kita tuh keren banget. Mindsetnya, ini outfit paling cocok buat gue dan semua orang musti liat, gitu."

"Ulangi kalimat gue deh," Nickolas menatap bergantian Langit dan Awan sebelum melanjutkan, "Gue keren."

"Narsis juga lo ya gua liat-liat." gumam Awan. Langit auto nyenggol bahunya buat kembali fokus.

"Ikutin kalimatnyaaa," ulang Nickolas.

Awan mengangguk sambil memasang pose sorry. Ritual pun dilanjutkan.

"Gue keren!" koor Nicko, "Gue keren!" sambut yang lain. Gitu terus sampai tiga kali.

Dalam hati Awan udah ngebatin, 'sekte apapun ini semoga ntar gue gak sampe kena hipnotis terus duitnya ditilep. amit-amit ya gusti...' 

"Ciye geng si paling keren, senggol dong bosss."

Dan selalu ada saja oknum yang tiba-tiba mendistrak kegiatan sakral ini. Pas ditengok ternyata Junire. Ekspresi Langit langsung merekah. Seperti bunga habis disiram air beras.

Junire membuka pintu ruangan Sekre itu lebih lebar lalu melangkah masuk. Ditentengannya ada plastik bening berisi minuman dingin dan camilan. Katanya buat konsumsi.

[✔️] Cloud & SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang