⛅ Kencan Perdana

778 192 114
                                    

"Tipe kencan ideal lo tuh gimana? Kayak tempat ngedate yang lo sukai dimana, gitu." 

Langit bertanya sembari membolak-balik komik fashion Awan dari atas kasurnya. Iya, sekali lagi kasurnya. Alias kasur yth Awan Xabiru. Langit lagi berkunjung ke rumah si klien.

Kronologinya lantaran Langit bilang hari ini dia mau bantu make over Awan dalam rangka kencan perdana sama Adisha besok. Tadinya Langit bahkan berencana untuk belanja baju demi itu. Tapi buru-buru Awan melarang. Awan sudah punya banyak baju, katanya.

Tidak percaya, Langit berakhir betulan datang ke kediaman Awan untuk melihat sendiri almari baju lelaki itu. Dan surprisingly, benar. Langit baru tahu ternyata Awan adalah bagian dari sekte anak tunggal kaya raya. Rumah gedongan dan terkesan sepi.

"Gak tau. Gue kan gak pernah pacaran," balas Awan atas pertanyaan Langit barusan.

"Ya minimal lo punya preferensi gak sih? Kayak dream date favorite gitu loh."

"Warnet, palingan."

"Dih?" Langit sontak melepas atensi dari komik di tangan lalu melirik Awan, "Itu mau ngedate apa jadi joki mobile legend?"

"Ya makanya kan gue bilang gak tau."

"Gini deh. Dari temen-temen lo gitu biasanya mereka kalau ngedate tuh kemana?"

Awan berpikir sekilas. Mengingat gaya pacaran beberapa abang kelas yang sempat dia perhatikan, "Sepupu gue, Bang Jendra sih, di apart ceweknya. Kalau Bang Juna atau Bang Adam.... di kamar kosan."

"Bro.... abang-abang lo sesat."

"Hah?"

"Nih ya pacaran dalam kamar aja tuh udah aneh gak sih di pikiran lo. Ngapain coba? Pasti gak cuma pacaran itu mah. Ada celup-celup nya."

"Celup apaan? Emang mereka bikin teh?"

Dah lah, Wan.

Langit berpindah posisi menjadi duduk. Berhadapan langsung pada Awan yang menyender di kursi belajarnya.

"Kafe aja. Itu tempat kencan paling normal," saran Langit, "Dah, mending sekarang lo telepon Adisha. Ajak ketemuan buat besok."

"... harus telepon?"

"Ya lo baca dong di bio wasafnya, nih 'kalau penting, telepon' tuh! Lo ngechat doang mah ntar dia balesnya kapan taun."

Tapi Awan masih ragu-ragu. Gemes. Langit serta merta menyambar ponsel Awan yang dari tadi dia genggam. Kemudian menekan panggilan di nomor kontak Adisha. Awan sampai melotot walau ia tetap menyapa duluan di panggilan itu.

"H-halo...D-disha...?"

"Ya? Halo, kenapa Wan?"

"Ukh... a-anu...."

Awan mengusap tengkuknya, lalu melirik pada Langit yang sedang berusaha membantu dengan memberi gesture kata tanpa suara melalui gerakan bibir.

"Oh soal catering ya? Itu gapapa kok, Wan, gue udah nemu catering lain nih huhu maaf ya bilangin sorry ke temen lo. Abis temen lo lama banget sih ngubungin gue, jadi terlanjur mesen ke yang lain deh."

"Uh... Iya... Gapapa kok, Dish. Hm... tapi gue bukan mau ngomong soal itu sih..."

"Jadi soal apa?"

"Hm... itu...." Rasanya Langit sudah di tahap pegal memberi tunjuk dengan gerakan bibirnya. Kesal. Gadis itu berujung menggebuk paha Awan bertubi-tubi agar dia segera ngomong, refleks Awan mengenggam tangan Langit dengan sebelah tangannya untuk menghentikan aksi anarkis si gadis.

[✔️] Cloud & Skyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن