⛅ Bonus Chapter ⛅

949 181 54
                                    

Hujan di hari minggu dan besok sudah mulai masuk minggu akhir semester satu. Artinya, bye bye dulu masa-masa untuk pacaran. Bukan karena mau fokus ujian saja tapi lebih ke enggak punya waktu untuk ngebucin mulu. Laprak bejibun, tugas juga begitu.

Beruntung baik Langit maupun Awan bukan tipe yang bulol alias bucin tolol sampai mengesampingkan pendidikan demi asmara. Enggak kok, mereka masih prioritasin dapat gelar di nama dan ngebanggain orang tua masing-masing ketika wisuda nanti. Daripada para remaja aneh yang lomba-lombaan bikin anak di luar nikah, seperti tidak punya akidah.

Even though they both are still teenagers, but their minds are mature enough to have a healthy relationship like this. In the same frequency, also in the same vision and mission.

Makanya ketika Awan nawarin buat video call malam ini, Langit sudah bisa menebak agendanya bakal ngapain. Ya, benar. Belajar bareng.

"Lo kalau lagi stress belajar tu komuknya ngakakin banget, tau gak?" kekeh Langit.

Yang diketawain dari sambungan seberang cuma balas, "Ya bagus dong bisa bikin lo bahagia."

Langit membenarkan. Sebelah tangannya menumpu dagu. Lanjut memperhatikan Awan dari layar laptop.

"Asli tangan gue gatel mau rapihin rambut lo. Pake bando kek apa kek gitu," kata Langit.

"Bisa gak jangan salfok mulu??" Awan mengernyit, "Gue mau menghafal nih. Diem dulu."

"Pake bando tuh, di situ ada bando kan gue liat."

"Ck, Git, ah. Ribet."

"Pakeeeee doongggg Awannnn Xabiruuuu."

"Iya iya, bawel."

Awan ngedumel tapi tetep melakukan yang Langit mau. Doi mengambil bando karet putih di atas kasurnya dan dipakai ke kepala. Setelah itu baru fokus menghapal.

 Setelah itu baru fokus menghapal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

L U C U!

Langit cengar-cengir sendiri melihatnya.

"Dalam desain grafis warna biru tua melambangkan perasaan yang mendalam..."

"Seperti cintaku padamu," sambung Langit.

Awan mengangkat kepalanya dengan tampang annoying, ia menatap si gadis yang sedang tertawa di sana setelah berhasil mengusilinya.

"Kayaknya gue salah nih ngajak lo belajar bareng," gumam Awan, "Bisa serius nggak?"

"Maap Pak maap."

Langit enggak sungguhan minta maaf karena dia masih ketawa-ketawa. Tapi sekarang ia mencoba meredam sedikit suara tawanya. Terus entah keisengan apa lagi. Dia beralih mengutak-atik fitur di layar, tiba-tiba di atas kepalanya ada emot burung biru.

"Jangan mainan filter," tegur Awan.

"Eh lucu gak sih?? Hahaha"

Beneran enggak tertolong. Cewek itu makin kesenengan sendiri. Awan mau marah juga nggak bisa.

[✔️] Cloud & SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang