Siapa Pemenangnya

434 45 0
                                    

"Kak Jisoo baik-baik saja, kan?" Tanya Lia dengan wajah cemas, mengkhawatirkan kakaknya yang sedari tadi terdiam dan menatap jalanan dari jendela mobil.

Jisoo menoleh kearah Lia sembari mengusap rambut hitamnya, "I'm Jisoo, I'm okay hehehehe." Canda Jisoo

Lia menggeleng dan tahu betul bahwa kakaknya ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Kak bisa tidak....."

"Lia, ayo turun! Kita sudah tiba di sekolah."

Lia mendesis pelan mengikuti Jisoo yang sudah berjalan mendahuluinya.

"Kak Jisoo, maaf." Lirih Lia.

Jisoo menghentikan langkahnya, berbalik menatap Lia yang menunduk. Ia berjalan pelan untuk mendekati sang adik.

"Kenapa kamu meminta maaf?" Ucap Jisoo lembut.

"Karena aku, kak Jisoo selalu mendapat perlakuan buruk dari mama dan papa."

"Sudah cukup, Lia. Kamu tidak bersalah. Ini memang murni salahku sendiri yang tidak bisa memenuhi ekspetasi mereka."

"Kak...." suara Lia bergetar.

"Sudah jangan menangis. Memalukan saja menangis disekolah." Jisoo mengusap air mata Lia.

"Hai kak Jisoo." Suara seorang memekikkan kedua telinga kakak beradik itu.

"Oh, hai Somi."

Gadis cantik dan bertubuh tinggi itu tersenyum kearah Jisoo sembari merangkul Lia. Sementara Lia berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.

"Kak, kami duluan ya." Somi menggeret Lia.

"Iya." Jisoo menatap punggung Lia dan Somi dengan senyum tipis.

Ekhem....

Jisoo mengarahkan pandangannya kearah laki-laki yang ber-name tag Oh Sehun itu.

"Mau sampai kapan kamu berdiri disini?"

"Bukan urusanmu."

"Ck... ayo ikut aku." Sehun menarik lengan Jisoo.

"Lepaskan, aku tidak mau."

Sehun sama sekali tidak menggubris Jisoo yang meronta. Pegangan tangannya justru semakin dipererat.

Disinilah mereka berada, tepatnya diruang kepala sekolah. Jisoo semakin bingung karena Sehun sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata. Jisoo juga melihat pak Namjoon, selaku kepala sekolah, juga tengah menunggu kedatangan mereka.

"Saya ingin memberitahu kalian berdua bahwa hanya salah satu diantara kalian yang akan mendapat beasiswa perguruan tinggi terbaik. Jadi, saya harap kalian dapat bersaing secara sehat dalam kompetisi ini."

Jantung Jisoo berdegup kencang. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Apa kata Irene dan Suho apabila dia tidak bisa mendapat beasiswa ini. Bukan karena orang tuanya tidak bisa membiayai, tapi hanya siswa dan siswi yang paling cerdas yang bisa mendapatkan beasiswa ini. Untuk itu, suatu kebanggaan tersendiri jika berhasil mendapat kesempatan ini dan menjadikan satu-satunya murid SMA itu yang berhasil lolos.

Jisoo melirik Sehun yang sepertinya laki-laki itu pasti akan berambisi sama seperti dirinya. Jisoo memejamkan matanya, mengingat Sehun yang begitu sempurna. Tidak hanya memiliki paras yang tampan tapi dia juga pandai segalanya. Jisoo menarik napasnya dalam-dalam.

"Kita lihat saja nanti. Siapa yang akan menjadi pemenangnya, aku atau kamu."

Perfectionist FamilyWhere stories live. Discover now