Anak Kebanggaan Orang Tua

264 40 2
                                    

"Argh!!!" Jisoo merintih kesakitan. Jari  jemarinya mengeluarkan cairan berwarna merah. Dengan segera ia menghentikan latihan biolanya.

Tak hanya jari-jarinya yang berdarah, bahunya pun sudah terasa nyeri akibat menumpu alat musik itu.

"Tidak... tidak... 3 hari lagi kompetisi akan dimulai. Aku tidak boleh menyerah." Lirih Jisoo.

Tak berselang lama, ponsel Jisoo berdering.

"Halo, ma. Ada apa?"

"Jisoo, sepulang sekolah nanti kamu langsung saja pergi ke tempat les biola."

"Tapi ma, bukankah ada jadwal les lain?"

"Iya mama tahu, mama meminta guru les biola mu untuk terus melatih mu sampai hari perlombaan tiba."

"Iya ma." Ucap Jisoo pelan.

"Oh iya mama lupa, jangan lupa setelah itu kamu langsung saja pergi ke tempat les bahasa Inggris. 5 hari lagi kamu ada tes, bukan?"

"Iya ma."

"Yaudah, mama matikan ya."

Tut....tut...

Jisoo tidak dapat menahan air matanya. Jisoo terisak dalam kesendiriannya.

***

"Bagaimana? Nanti kita jadi pergi ke festival?"

"Iya dong."

"Aku mau membawa pacarku juga."

"Oh iya? Kalau begitu aku juga ingin membawanya."

Jisoo tersenyum kecut mendengar celotehan teman-temannya. Betapa beruntungnya mereka diberi kebebasan untuk bersenang-senang, memiliki seorang pacar, dan sebagainya. Sementara dia, harus berkutat dengan kursus-kursus di sepanjang hidupnya.

Jisoo memasukkan satu per satu buku kedalam tasnya dan bersiap untuk pergi.

Sesampainya di gerbang sekolah, Jisoo melihat sudah ada mobil milik Irene terpakir. Jisoo dengan cepat segera memasukinya.

"Kita langsung saja."

"Bagaimana dengan Lia, ma?"

"Lia masih di perpustakaan. Setelah mengantarmu, aku akan kembali menjemput Lia." Jisoo hanya mengangguk pelan.

"Jis, mama mendapat kabar dari pak Namjoon bahwa hanya ada satu yang bisa mendapat beasiswa masuk perguruan terbaik. Benar?"

"I...iya."

"Mama berharap kamu yang menjadi satu-satunya yang mewakili sekolahmu. Kalahkah Sehun dan buat kami bangga atas pencapaian mu. Ingat, ini semua atas masa depanmu."

"Baik ma."

"Bagus."

"Ma, bagaimana nanti setelah les kita pergi ke festival musik bersama Lia juga." Ucap Jisoo berbinar.

Irene melotot kearah Jisoo, "Jisoo! Kamu tidak boleh membuang waktu untuk hal yang tidak penting. Kamu harus belajar, Jisoo!"

"Tapi ma, aku ingin pergi kesana. Teman-temanku semua ada di sana. Bolehkan ma? Beri waktu sebentar saja."

"Kamu ingat kan apa yang mama bilang? Fokus kamu itu, harus mengalahkan Sehun. Apa kata orang jika Sehun yang berhasil mendapatkan beasiswa itu. Dan ingat, sebentar lagi kamu akan mengikuti kompetisi biola dan sederet tes-tes jadi jangan macam-macam kamu. Jadilah anak yang bisa dibanggakan oleh kedua orang tuanya, Jisoo!"

Jisoo menunduk. Ia menangis tertahan.

Perfectionist FamilyWhere stories live. Discover now