Kebebasan

173 33 0
                                    

Jisoo pov

Hidupku kini benar-benar berubah. Aku bisa merasakan kebebasan, suatu hal yang belum pernah aku rasakan selama hidup.

Aku tahu aku sedang salah pergaulan, tapi ini sangat enak. Aku bisa meluapkan rasa stress bersama teman-teman baruku. Persetan dengan nilai sempurna. Aku tidak peduli. Toh jika aku berhasil mendapat no 1 orangtua ku juga masih membanding-bandingkan dengan Lia.

Jelas saja aku merasa perjuanganku tidak dihargai oleh mereka. Jujur saja karena perlakuan itu, aku menjadi benci dengan Lia. Tapi aku berusaha menutupinya. Belum lagi aku harus bersaing dengan Sehun yang sangat licik itu. Ck... aku tahu jika dia berusaha menyingkirkanku, berusaha baik didepanku. Ternyata itu hanya skenarionya saja. Memang semua orang di dunia ini memang benar-benar munafik.

Tapi saat aku mengenal teman-teman baruku ini, aku tidak peduli dengan semua itu. Yang aku inginkan hanya kebebasan tanpa beban.

Seperti malam ini, aku pergi ke club bersama Taeyong dan teman-temannya yang lain. Iya, awalnya aku pusing melihat lampu kerlap kerlip tetapi lama kelamaan sudah terbiasa. Hanya butuh adaptasi saja. Oh, Jennie juga meminjamiku baju yang sangat sexy, yang awalnya juga membuatku sangat risih.

Sebut saja aku sebagai anak berandal saat ini. Aku selalu membawa benda haram itu ke sekolah dan juga vape. Ku hisap vape itu di dalam toilet. Ya, aku tahu obat dan vape itu bisa membahayakan tubuh ku, tapi bukankah yang tidak sehat itu sangat enak untuk dinikmati?

.
.
.
.

"Bagaimana Jis?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Perasaanmu sekarang?"

"Hahaha..... Terimakasih Yong. Karena kamu, aku bisa merasakan sensasi yang berbeda."

"Sepertinya kamu menikmatinya." Aku mengangguk antusias.

"Terus bagaimana jika keluargamu mengetahuinya?"

"Aku tidak peduli. Mereka juga tidak pernah menghargaiku. Mereka tergila-gila dengan kesempurnaan." Taeyong tertawa.

"Eits, sedari tadi Jisoo belum minum. Ini minum." Bang Chan memberikanku segelas alkohol yang langsung aku minum.

Astaga, sepertinya iblis sudah menguasai jiwaku sekarang. Minum alkohol, merokok, dan narkoba merupakan candu bagiku.

Pov Jisoo End

***

Sehun berpangku tangan melihat bangku Jisoo yang kosong. Sudah dua hari ini gadis itu tidak memunculkan batang hidungnya di sekolah tanpa keterangan. Hal itu membuat Sehun heran. Tidak biasanya rivalnya absen tanpa adanya kejelasan.

Sehun menggeleng kepalanya, "Sadar Hun! Buat apa kamu memikirkan Jisoo. Harusnya kamu senang." Ucap Sehun dengan pelan.

Tapi apa daya, hati dan mulutnya bertentangan. Dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke luar kelas guna mencari Lia.

"Lia!"

"Iya kak."

"Um... Jisoo sedang sakit ya?"

Lia menautkan kedua alisnya dan saling bertatapan dengan Somi. "Tidak, kak. Tadi saja kami berangkat bersama dan dia baik-baik saja. Malah wajahnya berseri-seri."

"Kalau kemarin?"

"Iya sama saja. Bahkan di mobil kami berbincang-bincang."

Sehun semakin bingung. Dipikirannya, kenapa bisa Jisoo sudah 2 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan kata Lia, dia selalu berangkat bersama Jisoo.

"Kak Sehun?" Lia melambaikan tangannya di depan wajah Sehun yang sedang melamun.

"Memang ada apa, kak?"

"Ah... Tidak apa kok. Kalau begitu, aku pergi dulu." Sehun tersenyum kearah Lia dan somi dan pergi meninggalkan mereka.

"Sepertinya kak Sehun menyukai kakakmu. Cocok juga ya, yang satu cantik dan yang satunya tampan. Aku dukung mereka kencan."

"Jaga mulutmu Jeon Somi. Kalau sampai benar itu terjadi, papa akan memarahi kak Jisoo."

"Aish... kan bisa backstreet. Aku saja bisa tahan lebih dari satu tahun tanpa keluargaku tahu."

"Ya itu kan kamu. Tahu sendiri kan bagaimana disiplinnya orang tuaku, apalagi papa."

"Ya kan harus pintar menyembunyikam saja si."

"Yayayya terserah mu saja."

Sementara itu, Sehun berada dihalaman sekolah. Dia menyadari bahwa akhir-akhir ini perilaku Jisoo sangat berubah. Tidur dikelas, sering izin ke toilet, bahkan dia tidak peduli nilainya yang selalu kalah dengan Sehun. Dan yang paling parah, dia sudah berani membolos.

.
.
.

"Jis, mau disuntik juga?"

"Gak Jen, aku mau hisab saja."

"Ayo kita lakukan bersama." Lisa merangkul pundak Jisoo lalu mereka menghisab bersama-sama.

Perfectionist FamilyWhere stories live. Discover now