Chapter 2

290 30 0
                                    

Lewis yang malam itu kembali cukup larut karena kerja paruh waktunya mengernyit saat memasuki apartemennya dan keadaan begitu hening. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan tengah malam. Dia pun berjalan menuju kamar Rhino dan mengetuk pintunya, tetapi tidak ada jawaban.

Dia pun membuka pintu kamar itu perlahan dan tertegun saat tidak menemukan Rhino di sana. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rhino, tetapi tidak ada jawaban. Dia pun kemudian mengirimkan pesan kepada sahabatnya itu. Dia yakin bahwa laki-laki itu pasti pergi ke klub malam. Dia tidak mengerti kenapa Rhino sangat suka menjelajahi klub malam.

Masalahnya, bukan hanya bersenang-senang, Rhino sering kali berurusan dengan orang-orang yang ada di sana, berkelahi. Dan bahkan, saat di Busan pun Rhino sempat mencari ribut dengan preman, sehingga dia pun disarankan untuk masuk wajib militer supaya aman dari incaran para preman dan pindah ke Seoul untuk melanjutkan kuliahnya.

Maka dari itu Lewis selalu mengingatkan Rhino untuk tidak pergi ke klub lagi, menguhentikan hobi yang sangat tidak bermanfaat itu. Tapi, siapa dia? Tentu saja Rhino tidak akan mau mendengarkannya dan akan terus melakukan apa yang dia mau. Dan di sinilah Lewis, berdoa supaya laki-laki itu pulang dengan selamat tanpa lembam di wajahnya. Semoga!

***

Setelah berkeliling dengan motornya, mencoba menghilangkan kepenatan, Rhino pun memutuskan untuk pergi ke sebuah gay bar yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, tetapi tidak begitu jauh, yaitu Taste pub.

Beberapa temannya membahas gay bar ini di acara welcoming party jurusannya dan Rhino merasa bahwa tidak ada salahnya jika dia mencoba mengunjungi tempat itu, dan di sinilah dia sekarang.

Seperti halnya gay bar pada umumnya, tentu saja dia diminta untuk menunjukkan kartu identitasnya, memastikan bahwa semua yang masuk ke sana adalah orang dewasa, bukan minor. Dan Rhino pun berjalan menuju kasir, tempat di mana dia bisa memilih paket yang diinginkannya dan juga jumlah minuman yang bisa dipesannya.

Rhino pun berjalan ke arah bar dan duduk di salah satu kursi dan tersenyum kepada bartender saat laki-laki itu memberikannya welcoming drink. "Baru pertama kali ke sini?" tanya laki-laki itu dan Rhino menganggukkan kepalanya sebelum menenggak minumannya.

"Lo suka dance?" tanya bartender itu dan Rhino menatapnya. "Bentar lagi ada sesi dance. Not, striptease, sorry. Tapi lo bisa tunjukkin kemampuan lo di situ, sekalian tebar pesona. Mana tau dapet yang bisa diajak buka kamar," ucap laki-laki itu dengan kerlingan dan Rhino tertawa dan dia pun memutar tubuhnya, menatap ke arah lantai dansa. Tubuhnya pun dengan refleks mengikuti irama musik, tetapi dia belum mau untuk turun ke lantai dansa.

Hingga akhirnya, pandangannya tertuju kepada seorang laki-laki yang sedang berdansa sendirian, menghiraukan semua orang yang mencoba mendekatinya. Manis, sangat manis. Itulah yang Rhino pikirkan saat melihat wajah laki-laki itu. Dia pun berjalan menuju lantai dansa dan menghampiri laki-laki itu. Tidak seperti laki-laki lain yang langsung menyentuh mangsanya, Rhino memutuskan untuk menemani laki-laki itu berdansa dan menarik perhatiannya. Dan sukses, laki-laki itu kini menatapnya.

"Kenapa lo gak coba nyentuh gue kayak yang lain?" tanya laki-laki itu dengan suara cukup keras dan Rhino tertawa.

"Gue gak mesti nyentuh lo untuk narik perhatian lo," jawab Rhino dan laki-laki di hadapannya terdiam, sedikit mundur saat musik berganti dan Rhino menggerakkan tubuhnya sesuai dengan ketukan. Semua orang yang sedang berdansa pun menyingkir dan bersorak untuknya, tetapi Rhino sesekali menatap ke arah laki-laki manis yang kini diam terpaku dengan mata membulat.

Peter hanya bisa membulatkan matanya dan tertegun menatap pemandangan di depannya. Laki-laki itu benar-benar pandai menari. Bagaimana mungkin? Apakah... dia seorang idol? Peter mengerjapkan matanya saat laki-laki itu berdiri di hadapannya dan tersenyum ke arahnya dengan napas tersengal, mengatur napasnya.

Case 143 Where stories live. Discover now