Chapter 8

241 26 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rhino masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rhino masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya. Saat ini Peter sedang memasak di dapur, katanya dia akan memasak makan malam untuk mereka berdua. Jika ditanya apakah dia bahagia, dia pun tidak tau, apa yang terjadi di depan matanya terlihat bagaikan mimpi.

Bukan hanya itu, sebenarnya kemunculan Peter di basecamp para preman membuatnya begitu terkejut. Apalagi ucapan laki-laki itu saat memintanya untuk tidak bunuh diri. Bagaimana mungkin Peter bisa punya pikiran bahwa dia hendak bunuh diri? Tapi, yang membuatnya merasa ini bagai mimpi adalah perlakuan Peter padanya. Laki-laki itu merawat luka-lukanya dan bahkan memintanya untuk tinggal bersama selama beberapa hari terakhir, katanya hingga memar di wajahnya memudar.

Rhino tau, jika dia ke kampus dengan wajah memar, spekulasi buruk tentangnya pasti akan semakin menjadi, mengingat bahwa dirinya baru kembali ke kampus dan reputasinya tidak bisa dikatakan bagus. Dan mungkin, lebih baik bolos kelas selama beberapa hari dari pada muncul dengan wajah memar.

"Besok mau ngampus atau bolos lagi?" tanya Peter seraya meletakkan beberapa makanan yang dia masak di meja makan, Rhino menatap makanan-makanan itu. Dia tau bagaimana rasanya masakan Peter, terkadang terlalu asin, dan tak jarang terasa hambar. Tapi, mana mungkin dia mengeluh?

"Uhmmm... maunya sih bolos. Tapi kayaknya gue mau balik ke apartemen terus jenguk Lewis. Tadi gue udah jenguk dia sih, tapi gue tetep mau cek keadaannya besok. Untungnya dia udah siuman," jawab Rhino seraya menyendok makan malamnya dan mengambil air putih lalu menenggaknya. Sepertinya Peter lupa mengocok telur dengan benar, sehingga dia mendapat seonggok garam di suapan pertamanya.

"Lewis luka karena preman-preman itu?" tanya Peter seraya menyuap kimchi jjigaenya dan mengernyit. Dia kemudian menenggak air minum dan berdiri untuk menyingkirkan kimchi jjigae buatannya yang terasa benar-benar ajaib, tapi Rhino menahannya.

"Masih bisa dimakan kok. Jangan dibuang!" ucap laki-laki itu dan Peter pun kembali duduk, memilih untuk memakan nasi dengan banchan yang dia beli di supermarket (ya, dia memutuskan untuk membeli banchan lagi) dari pada memakan masakannya sendiri. Dia takjub dengan Rhino yang terus menyuap masakan buatannya. Apakah lidah laki-laki itu kebas?

Case 143 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang