Chapter 7

215 27 0
                                    

Sam yang selesai mengobrol dengan Peter pun mengernyit saat melihat ada sebuah pesan masuk dari Iyen. Dibukanya pesan itu seraya dia menyeruput minumannya dan dia langsung tersedak membaca pesan yang dikirim muridnya itu.

Iyen menanyainya tentang rasanya berciuman. Oh, tentu saja Sam paham, remaja seusia Iyen pasti memiliki rasa penasaran yang tinggi terkait hal itu. Tapi, dia tidak pernah menyangka bahwa akan ada murid yang menanyainya secara gamblang seperti yang Iyen lakukan.

Sam pun berpikir sejenak. Menimbang jawaban apa yang sebaiknya Iyen berikan, tentu sebagai seorang guru dia tidak boleh memberikan jawaban sembarangan. Bagaimana pun, dia tidak mau jika obrolan mereka ini bisa dianggap sebagai pelecehan seksual. Maka, Sam pun memberikan jawaban klise, sesuai dengan apa yang biasanya dijabarkan di dalam karya tulis atau film: heart flutters. Ya, jawaban yang dirasa aman.

Kemudian, dia tersenyum saat membaca balasan dari Iyen. Astaga! Kenapa muridnya itu begitu polos dan imut? Huft... Tidak, dia tidak boleh memiliki perasaan ini. Biar bagaimana pun Iyen adalah muridnya. Tapi... tahun depan Iyen akan lulus. Dan setelah status mereka bukan lagi guru dan murid dan juga Iyen mencapai usia legalnya, apakah etis jika dia mengejar laki-laki itu untuk dijadikan pacar?

Haaaaah... apa yang dipikirkannya? Sepertinya ini efek dari cerita Peter. Mantan pacarnya itu sepertinya memutuskan untuk mengencani mahasiswanya. Bukan hal gila memang. Toh Peter pun seorang mahasiswa yang kini bekerja sebagai asisten dosen. Itu... tidak masalah, kan? Peter tidak akan terkena masalah karena mengencani mahasiswa yang diajarnya, kan?

***

Chris yang saat itu baru keluar dari ruang rapat langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya saat dia merasakan benda itu bergetar. Sebuah pesan dari Sky setelah laki-laki itu menghiraukannya seharian. Dibacanya pesan dari Sky yang ternyata meminta untuk dijemput. Chris bertanya kepada asistennya dan ternyata dia masih mempunyai rapat malam nanti, dinner meeting lebih tepatnya, maka dia pun mengatakan pada Sky bahwa dia tidak bisa menjemputnya.

Membaca pesan balasan dari Chris tentunya membuat Sky kesal. Menyebalkan rasanya menerima perlakuan Chris belakangan ini. Laki-laki itu benar-benar menghiraukannya. Sky pun merebahkan tubuhnya di kasur Lix, dia memutuskan untuk membolos hari ini dan menunggu Lix di apartemennya. Tidak banyak yang dia lakukan selain bermain game online dengan menggunakan komputer milik temannya itu. Baiklah, dia tidak akan pulang lagi malam ini. Dia tidak akan pulang sampai Chris memohonnya untuk pulang atau menjemputnya. Haaah... dia tidak suka dihiraukan oleh Chris, menyebalkan.

"Lix, dugem yuk!" ajak Sky seraya menatap Lix yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya.

"Gue mau ke rumah sakit lagi nih. Nemenin Lewis hyung malem ini. Lo di sini aja gapapa," jawab Lix dan Sky menggembungkan pipinya.

"Lagian juga belom jam 7 malem lo udah mau dugem aja," ucap Lix saat dia melihat Sky berdiri dan merapikan tasnya.

"Gue mau ciuman," jawab Sky dan hal itu membuat Lix membulatkan matanya. Tetapi, temannya itu kini sedang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Chris yang saat itu sedang menyantap makan malamnya pun berpamitan saat merasakan getaran ponselnya beberapa kali. Setelah bergerak menjauh, dia pun mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang masuk, tentu saja dari Sky.

Chris langsung memijit kepalanya saat membaca pesan dari pemuda itu. Ntah nekad atau gila, Sky mengatakan bahwa dia akan pergi ke pub untuk mencari teman berciuman. Tapi, Chris rasa dirinya jauh lebih gila karena dia membalas dengan meminta Sky untuk menunggunya di apartemen temannya dan nanti dia akan menciumnya.

Chris pun kembali ke meja dan berpamitan dengan beberapa rekan kerjanya yang berada di sana. Untungnya pembicaraan mereka sudah selesai, sehingga dia bisa pergi terlebih dahulu dengan mengatakan ada hal mendesak di rumah yang harus dia selesaikan.

Case 143 Where stories live. Discover now